Dalam dua tahun terakhir, Setidaknya Raditya Dika, sosok fenomenal
dikalangan anak muda, telah menelurkan 5 film yang berdasarkan ide-ide
kreatifnya baik dari adaptasi novel atau web-series yang dia buat. Belum lama
rasanya penonton film Indonesia disuguhi dengan karya penyutradaraan perdananya
dalam “Marmut Merah Jambu”, bulan September ini, kisah Miko kembali diangkat ke
layar lebar dengan judul “Malam Minggu Miko Movie”
Malam Minggu Miko Movie merupakan film yang diangkat dari
Webseries dan TV series berjudul Malam Minggu Miko yang disutradari, ditulis,
dan diperankan sendiri oleh Raditya Dika. Webseries Malam Minggu Miko sendiri
meraih “The Most Popular Show” dalam ajang “Internet Video Stars 2013” dan
sudah mencapai 52 episode yang ditonton oleh lebih dari 1 juta penonton. Raihan
yang baik tersebut sudah menjadi modal bagus untuk mengangkat kisah Miko dan
malam minggu “nestapanya” tersebut kedalam medium film. Terlebih film pertama
“Miko” yang rilis tahun lalu, “Cinta Dalam Kardus” bisa dikatakan berhasil baik
dari segi kualitas film maupun dari raihan jumlah penonton.
Malam Minggu Miko Movie bercerita mengenai tiga tokoh utama
dalam film ini, Miko (Raditya Dika), Dovi (Andovi DaLopez), serta Anca (Hadian
Saputra). Miko kembali bertemu dengan sahabatnya, Ryan (Ryan Adriandhy) yang
mengabarkan kalo dia mendapat mimpi bahwa Miko
dikutuk oleh seseorang saat masih SMP melalui tulisan misterius di
bagian belakang jas laboratorium miliknya yang membuat dia selalu gagal dalam
mendapatkan pasangan. Bersama Ryan, Miko menelusuri beberapa teman SMPnya guna menghapus
kutukan yang selama ini menimpanya. Dovi, mahasiswa senior yang sok pintar
harus mengemban tugas khusus agar bisa lulus dari mata kuliah yang membuatnya
mengulang hingga 5kali. Tugas khusus tersebut adalah mendampingi tiga mahasiswa
tamu dari luar negeri yaitu Alexandra dari Polandia, Suzuki dari Jepang, dan
Mamadi dari Gambia berkeliling Jakarta dan membuktikan bahwa dia mampu
mengerjakan tugas ini dengn baik. Dan ada Anca, pembantu rumah tangga Miko
harus melewati ujian demi ujian yang diberikan oleh kedua orangtua Anca agar
dapat menikahi kekasihnya, Atik.
Bila dilihat dari raihan jumlah penonton, nama Raditya Dika
bisa dikatakan laris dan mampu menarik jumlah penonton (terutama ABG dan
fans-nya) yang cukup banyak. Hal ini tentu saja tak disia-siakan oleh Dika.
Memanfaatkan aji mumpung, dalam waktu berdekatan Dika merilis film-filmnya yang
hampir semuanya memiliki garis cerita yang sama, kisah tokoh yang diperankan
Dika dengan lika-liku kehidupan cintanya. Dika menyadari betul pasar anak muda
Indonesia, sebuah komedi ringan dibumbui kisah cinta ala remaja. Hasilnya,
film-film Dika selalu Laris dipasaran.
Dalam Malam Minggu Miko Movie, Dika berperan penuh dalam
penggarapan filmnya. Mungkin sebagai pemeran utama tak cukup baginya, dia juga
duduk di kursi sutradara dan penulis skenario Malam Minggu Miko. Tentu saja
Dika punya kuasa penuh dalam Malam Minggu Miko Movie dan paling bertanggung
jawab dengan mau dibawa kemana film ini. Malam Minggu Miko merupakan film kedua
Dika duduk di kursi penyutradaraan. Bila melihat karya penyutradaraan
perdananya, Marmut Merah Jambu, Dika bisa dikatakan cukup berbakat dalam
menggarap kisah yang diangkat dari novel buatannya sendiri ini. Mungkin, dalam
Marmut Merah Jambu, Dika tak mengambil banyak porsi bermain dalam filmnya.
Dalam Malam Minggu Miko, Dika lebih banyak berakting dibanding saat di Marmut
Merah Jambu, hasilnya beberapa adegan terasa tidak fokus dan ada beberapa plot
hole. Ditambah humor yang disajikan dalam Malam Minggu Miko Movie terasa
monoton dan kurang ada inovasi baru dari Dika. Mungkin selera humor saya yang
buruk atau gimana, namun setelah mengikuti semua film Raditya Dika, humor yang
ditawarkan ya berputar pada itu-itu saja dan kurang berkembang. Dari segi
ceritanya pun ada beberapa yang terasa lebay dan dipaksakan. Apa mungkin
ke-lebay-an yang ada dalam Malam Minggu Miko Movie memang kesengajaan dari
Raditya Dika. Tapi jelas bukannya memancing tawa, malah membuat penonton
mengernyitkan dahi.
Malam Minggu Miko Movie cukup setia dengan webseriesnya.
Selain tentu saja jajaran karakter yang diboyong ke dalam filmnya baik dari
season pertama maupun season kedua, setting waktu yang melatar-belakangi Malam
Minggu Miko Movie berlangsung dalam waktu satu hari satu malam (yang tentu saja
terjadi saat hari sabtu dan malam minggu). Ketiga karakter utama “berpetualang”
dalam urusannya masing-masing dalam kurun waktu yang bersamaan dan dalam
beberapa moment mereka dipertemukan.Gaya editing cut-to-cut dengan pace yang
cepat serta gaya pengambilan gambarnya pun hampir mirip dengan webseriesnya.
Ya harus diakui, kisah Miko kali ini kualitasnya dibawah
dari Cinta Dalam Kardus (mungkin karena tidak ada campur tangan Salman Aristo
kali ini). Film berdurasi 90 menit ini diawali dengan cukup menarik namun
semakin film bergulir, Malam Minggu Miko Movie terasa flat dan pelan-pelan
melepas perhatian penonton. Beberapa “penyegaran” yang diselipkan dari
munculnya cameo serta lawakannya pun ya hanya berlalu begitu saja. Hanya Arie
Kiting yang mampu mencuri perhatian sebagai dukun pribadi dari beberapa cameo
yang kebanyakan selebtweet atau comic (stand-up comedian) seperti Liongky Tan
dan Bayang becabita. Peran mereka sayang sekali kurang di explore lagi padahal
masih mereka punya potensi lebih. Hal menarik perhatian dari Malam Minggu Miko
Movie adalah Penempatan dan penyampaian sponsor yang terbilang unik walau
sedikit maksa, namun menarik dan cukup mengundang tawa.
Selebihnya Malam Minggu Miko membuktikan eksistensi Raditya
Dika dalam dunia komedi modern melalui media film, namun Raditya Dika harus
melakukan evaluasi lagi untuk karyanya kedepan dan tidak terlena dengan raihan
jumlah penonton yang tidak dipungkiri karya-karya Dika sudah berlabel “Pasti
Laku”. Jadi ingat sebuah pernyataan salah satu sutradara Indonesia dalam suatu
obrolan dengan saya belum lama ini, “kalo filmnya sudah pasti laku, kenapa pas
buat ngga ngeluarin duit “lebih” lalu buat film yang lebih niat dan besar?” mungkin pernyataan ini bisa direnungkan oleh
rumah produksi yang menggarap film Raditya Dika selanjutnya , untuk memberikan
perhatian lebih dari segi kualitas filmnya, tidak hanya memikirkan uang. Ya
walaupun tak dipungkiri keuntungan besar dari film adalah hal yang dibutuhkan
agar industri terus berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar