“Untuk apa nonton film Indonesia? Gak berkualitas. Tiket
bioskop kan mahal mending nonton film Hollywood”. Yang barusan adalah salah
satu contoh pernyataan cukup “menyakitkan” dari beberapa penonton bioskop di
Indonesia dikala diajak nonton film
Indonesia. Kini calon penonton ketika menghampiri tempat penjualan tiket di
Bioskop kebanyakan lebih memilih film-film “blockbuster” khas Hollywood
dibanding film lokal yang saat itu juga tayang. Film Lokal seperti diacuhkan
dinegeri sendiri. Daripada harus menonton dibioskop, beberapa penonton pun
lebih memilih menunggu di televisi atau mendownload di Internet film-film
Indonesia. Dampaknya, jumlah penonton Indonesia yang memperihatinkan. Jangankan
untuk menembus 1 juta penonton, 100ribu-pun Film Indonesia sudah kembang-kempis
untuk menembusnya. Suatu fakta yang cukup memprihatinkan terhadap kondisi
penonton bioskop film Indonesia.
Atas keprihatinan akan kondisi tersebut serta diiringi rasa
cinta dan keinginan mendukung film lokal, beberapa anak muda yang berdomisili
di Jakarta membentuk komunitas Gudangfim. Komunitas yang terbentuk pada 1
januari 2013 ini terbentuk akan kesadaran bahwa Film Indonesia tak berarti
apa-apa tanpa penontonnya. Dengan mengusung Jargon “Gerakan Nonton di Bioskop”,
Gudangfilm mengajak masyarakat Indonesia secara luas untuk menonton film-film
Indonesia di Bioskop. Tentu dengan harapan perfilman Indonesia mampu terus
“eksis” di negerinya sendiri.
Dalam Pergerakannya, Gudangfilm mengajak orang-orang untuk
menonton film Indonesia melalui kegiatan “Nobar” singkatan dari “Nonton Bareng”
yang merupakan kegiatan inti dari komunitas ini. Kegiatan Nobar yang dilakukan
oleh Gudangfilm bersifat terbuka sehingga bisa diikuti oleh siapapun tanpa
terkecuali. Karena bisa diikuti oleh siapapun, tak sedikit GFers (sebutan bagi
penonton yang mengikuti nobar bersama Gudangfilm)bisa saling kenal dengan
teman-teman baru sesama penyuka film Indonesia dan tentu saja bisa bertukar
pikiran sesama penonton film mengenai film yang baru saja ditonton.
Dalam kegiatan Nobar, Gudangfilm juga mengundang Cast dan
Crew film yang akan di-Nobar-kan agar
penonton dapat dekat dengan sosok yang selama ini mungkin hanya bisa mereka
temui di televisi atau di layar bioskop.
Cast dan Crew akan “menemani” para penonton menikmati film yang mereka
buat sehingga para pembuat film-pun dapat mengetahui respon langsung dari
penonton filmnya dan disisi penonton mereka dapat merasakan “atmosfer” menonton
dengan cast dan crew film yang mungkin saja adalah artis atau idola mereka
sehingga ada rasa kesenangan tersendiri dan pengalaman lain saat menonton.
Setelah menonton, penonton pun bisa melakukan sharing kepada cast dan crew film
terhadap film yang baru saja ditonton. Interaksi antara pembuat dan penikmat film ini
pun mungkin saja akan memperluas rasa cinta terhadap film lokal sehingga tidak
akan ada lagi rasa enggan untuk menonton film Indonesia di bioskop.
Selama hampir satu tahun ini Gudangfilm terus konsisten
dalam mengadakan Nobar. Setidaknya ada 1 hingga 3 film yangdibuatkan Nobar tiap
bulannya. Nobar pertama Gudangfilm adalah ketika mereka membuat nobar “Mika”
pada tanggal 15 Januari 2013. Nobar yang cukup mendebarkan bagi mereka karena
selain merupakan pengalaman pertama, pendaftaran dan pendataan dilakukan dalam
waktu yang singkat yaitu 3 hari. Total Gudangfilm telah membuat 15 Nobar sejak
terbentuk. Beberapa film yang pernah dibuatkan nobar antara lain Belenggu,
Tampan tailor, Finding Srimulat, Cinta Dalam Kardus, Coboy Junior the Movie Dan
La Tahzan. Selain di Jakarta, Gudangfilm juga pernah melangsungkan Nobar di
Kota lain seperti di Bandung saat Gudangfilm
melangsungkan Nobar Air Mata Terakhir Bunda.
Selain Nobar, kegiatan lain yang dilakukan Gudangfilm adalah
Diskusi Film. Diskusi Film pertama yang dilakukan oleh Gudangfilm adalah
Diskusi film serta Screening film karya Anggy Umbara di SAE Institute Agustus
2013. Film karya Anggy Umbara yang diputar dan menjadi bahan diskusi adalah
Coboy Junior the Movie dan Mama Cake. Pada 29 Oktober 2012, Gudangfilm bersama
majalah Kinescope melangsungkan nobar film klasik nan legendaris Indonesia
‘Tjoet Nja’ Dien” (1988). Tjoet Nja’ Dien merupakan film karya sutradara Eros
Djarot yang memiliki banyak prestasi diantaranya menyandang Best International
Film pada Festival Film Cannes pada tahun 1989. Nobar Tjoet Nja’ Die merupakan langkah
sangat positif yang memiliki tujuan mulia sebagai bentuk apresiasi terhadap
warisan budaya bangsa berupa film agar terus lestari dan dikenal oleh generasi
sekarang. Gudangfilm juga turut serta
dalam “Pasar Seni Jakarta” yang berlangsung pada 3-5 Desember 2013 di Parkir
Timur Senayan. Dengan kembali bekerjasama dengan Majalah Kinescope, Mereka
membuat sebuah “Bioskop Mini” di tengah hiruk-pikuk keramaian Pasar Seni
Jakarta. “Bioskop Mini” menayangkan
beberapa film Indonesia yang terkenal seperti Tjoet Nja’ Dien, Rumah Dara, Mama
Cake, Coboy Junior The Movie dll. Hasilnya, “Bioskop Mini” Gudang Film dan
Majalah Kinescope mendapat apresiasi yang baik dari pengunjung dengan lumayan
banyak pengunjung yang mampir dan terhibur dengan film-film yang disajikan.
Melalui akun twitter, @_Gudangfilm, Komunitas ini secara
konsisten memberikan info-info mengenai film. Baik Film yang sedang tayang,
akan tayang hingga film-film yang telah tayang beberapa tahun lalu namun masih
menarik untuk dibahas. Tidak hanya film lokal, mereka juga menginfokan mengenai
berita berita film mancanegara. Melalui akun twitternya, Gudangfilm juga sering
menginformasikan kegiatan yang akan atau telah dilakukan. Sehingga bila ingin
mengetahui mengenai kegiatan seperti Nobar, bisa dicek timeline twitter mereka.
Selain Twitter, Gudangfilm memiliki blog Gudanggfilm.blogspot.com. Dalam blog
ini pengunjung bisa mendapatkan informasi mengenai kegiatan yang akan di
lakukan, report serta foto-foto kegiatan yang telah berlangsung, dan review
film-film yang ditulis oleh para anggota dari Gudangfilm.
Kini anggota Gudangfilm semakin hari semakin bertambah
seiring dengan kegiatan yang mereka jalani. GFers terdiri dari beragam profesi
dan latar belakang seperti Mahasiswa dari berbagai jurusan seperti akuntansi,
IT, Jurnalistik dan sebagainya , pelajar, karyawan, baik muda hingga tua,
mereka terhimpun dalam komunitas yang memiliki jargon “Gerakan Nonton di
Bioskop”. Harapan mereka sederhana, dengan rasa cinta dan semangat mendukung
film Indonesia, mereka ingin Film Indonesia menjadi Primadona di negeri sendiri
dan menyadarkan bahwa tidak rugi untuk menonton film Indonesia di bioskop
malahan turut serta membangun industri kreatif bernama Film dinegeri ini. Mari
nonton film Indonesia di Bioskop!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar