Senin, 11 November 2013

Review "Manusia Setengah Salmon" (2013)


“Hidup adalah Kumpulan perpindahan kecil dan kita terjebak didalamnya”.

Raditya Dika kembali menghiasi perfilman Indonesia. Pada tahun ini saja, Dika telah membintangi (dan juga turut menulis naskah) 3 judul Film.Diawali dengan “Cinta Brontosaurus” yang merupakan adaptasi dari novel kedua karya Dika yang berjudul sama dengan filmnya. Film yang disutradarai oleh Fajar Nugros (Cinta disaku celana) ini mampu menggaet penonton film Indonesia dengan jumlah penonton sekitar 800ribuan dan mengukuhkan diri sebagai pemuncak dalam jumlah raihan penonton film Indonesia tahun 2013 sampai saat ini. Keberhasilan serial komedi berdurasi pendek yang tayang di-Youtube (dan tayang juga di Kompas Tv) “Malam Minggu Miko” yang mampu membuat penggemar Dika menanti-nanti kehadiran serial komedi ini tiap minggunya, “digarap” menjadi sebuah film layar lebar dengan disutradari oleh Salman Aristo (Jakarta Maghrib) dengan Judul “Cinta Dalam Kardus”. Film yang rilis hanya berselang sekitar 1 bulan dari perilisan “Cinta Brontosaurus” ini tetap mampu menuai jumlah penonton yang cukup tinggi. Sekitar 200ribu pasang mata menyaksikan film ini dibioskop ditengah fenomena menurunnya jumlah penonton Indonesia.  Kini Dika kembali hadir, dengan film adaptasi dari buku keenamnya, “Manusia Setengah Salmon” yang merupakan film ketiga Raditya Dika pada tahun ini.

Seperti ingin melanjutkan kesuksesan “Cinta Brontosaurus”, Starvision dengan “segera” melanjutkan kisah Dika dan kehidupannya yang mampu menghibur penonton terutama penggemarnya (serta tentu saja followersnya yang banyak itu) dengan menggarap “Manusia Setengah Salmon”. “Manusia Setengah Salmon” merupakan kelanjutan kisah dari “Cinta Brontosaurus”. Pada “Manusia Setengah Salmon” tidak lagi diarahkan oleh Fajar Nugros, melainkan oleh Herdanius Larobu. Apabila dalam “Cinta Brontosaurus“ menceritakan pertemuan antara Dika (Raditya Dika) dan Jessica (Eriska Rein) dengan segala lika liku percintaannya, maka dalam “Manusia Setengah Salmon” penonton disuguhkan kisah bagaimana karakter Dika menjalani proses “Perpindahan”. Dikisahkan Dika dalam masa kembali sendiri (jomblo) setelah sekitar satu tahun putus dengan Jessica. Namun, Dika tidak mudah untuk melepas bayang-bayang Jessica dikehidupannya, sehingga Dika sulit untuk move on dari Jessica dan mencari pengganti Jessica. Hingga akhirya Dika dekat dengan dengan gadis cantik bernama Patricia (Kimberly Ryder). Selain masalah “perpindahan hati”, Dika juga harus merasakan perpindahan tempat tinggal yang sejak kecil ia tempati bersama keluarganya. Proses mencari rumah baru bersama ibunya (Dewi Irawan) tidak mudah, berkali-kali Dika dan ibunya harus menemukan hal-hal aneh dirumah-rumah yang mereka Survey. Penonton akan disuguhkan bagaimana proses Dika dalam berdaptasi dengan perpindahan ke hal yang baru dalam hidupnya. Baik itu perpindahan rumah sampai perpindahan hati.


Sebagai film yang diadaptasi dari novel, “Manusia Setengah Salmon” cukup dekat dengan apa yang ditulis pada novelnya. Kisah-kisah seperti hubungan Dika dengan supirnya (Insan Nur Akbar) yang bermasalah dengan bau keteknya hingga percakapan antara kaum setan-pun ada difilm ini walau porsinya hanya sebagai pelengkap. Karena diadaptasi dari novelnya, sehingga beberapa joke dan celotehan yang dilontarkan oleh Dika yang sebenernya mampu mengundang tawa jadi gagal untuk saya. Ya mungkin karena saya merupakan pembaca semua novel dari Dika dan beberapa kali melihat penampilan Dika saat sedang menjadi Comic (sebutan bagi orang yang melakukan Stand Up Comedy) atau dalam serial “Malam Minggu Miko”, joke yang dilontarkan Dika sesekali menjadi jayus bin garing karena terjadi pengulangan joke yang sering dilakukan oleh Dika di “tempat” lain atau joke yang ada di novelnya. Walaupun beberapa “Becandaan” atau Joke dalam film ini mampu membuat saya terhibur dan tertawa. Jujur saya lebih menikmati becandaan Dika melalui buku-bukunya dibanding dengan menonton filmnya. Iya walaupun saya sadari untuk mengeksekusi sebuah buku kedalam sebuah film tidaklah mudah dan memberikan “pengalaman” yang sama menonton film dengan membaca bukunya juga tidaklah mudah. Tetapi film ini mampu membuat saya terhibur dan betah hingga film selesai dengan segala yang tersaji difilm ini.

Berbeda dari pendahulunya, “Manusia Setengah Salmon” memiliki cakupan cerita yang lebih luas. Apabila dalam “Cinta Brontosaurus” berfokus pada kisah asmara Dika dan Jessica yang dibantu dengan agennya yang menarik perhatian saya di “Cinta Brontosaurus” (iya saya merindukan kosasih), dalam “Manusia Setengah Salmon”, Kedekatan Dika dengan keluarganya, terutama Ayahnya (Bucek) yang ingin punya waktu bersama Dika mendapat porsi yang sama banyak dengan kisah Dika dengan kisah cintanya. Hal ini seperti memperjelas kalau “Manusia Setengah Salmon” tidak hanya film komedi percintaan remaja yang hanya memperlihatkan asam-manis dalam hubungan asmara namun juga sebagai film komedi keluarga yang menampilkan kedekatan Dika dengan keluarganya yang cukup unik. Penampilan Raditya Dika tidak banyak berubah dari 2 film sebelumnya pada tahun ini tapi tentu saja berkembang dibanding film pertamanya “Kambing Jantan” yang saat itu Dika masih terlihat kaku dan canggung dalam berakting. Akting Raditya Dika pada film ini membuat saya tidak bisa membedakan mana Dika menjadi Dika (menjadi dirinya sendiri) atau menjadi sosok Miko yang jelas kedua karakter ini berbeda. Tapi kreatifitas Raditya Dika memang patut diapresiasikan. Berawal dari blogger, menjadi penulis novel, menjajal dunia stand up comedy sebagai comic, membuat serial pendek di youtube dengan “Malam Minggu Miko” hingga terjun kedunia perfilman. Semoga keberuntungan Raditya Dika berlanjut kepada Manusia Setengah Salmon setidaknya mampu memperoleh raihan jumlah penonton “Cinta Brontosaurus”. Bagi penggemar Raditya Dika, tentu penampilan Dika dalam film barunya “Manusia Setengah Salmon” jangan sampai kalian lewatkan.

Rating: 2/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar