“Hidup
adalah Kumpulan perpindahan kecil dan kita terjebak didalamnya”.
Raditya Dika kembali menghiasi perfilman Indonesia. Pada tahun ini
saja, Dika telah membintangi (dan juga turut menulis naskah) 3 judul
Film.Diawali dengan “Cinta Brontosaurus” yang merupakan adaptasi dari novel
kedua karya Dika yang berjudul sama dengan filmnya. Film yang disutradarai oleh
Fajar Nugros (Cinta disaku celana) ini mampu menggaet penonton film Indonesia
dengan jumlah penonton sekitar 800ribuan dan mengukuhkan diri sebagai pemuncak
dalam jumlah raihan penonton film Indonesia tahun 2013 sampai saat ini. Keberhasilan
serial komedi berdurasi pendek yang tayang di-Youtube (dan tayang juga di
Kompas Tv) “Malam Minggu Miko” yang mampu membuat penggemar Dika menanti-nanti
kehadiran serial komedi ini tiap minggunya, “digarap” menjadi sebuah film layar
lebar dengan disutradari oleh Salman Aristo (Jakarta Maghrib) dengan Judul
“Cinta Dalam Kardus”. Film yang rilis hanya berselang sekitar 1 bulan dari perilisan
“Cinta Brontosaurus” ini tetap mampu menuai jumlah penonton yang cukup tinggi.
Sekitar 200ribu pasang mata menyaksikan film ini dibioskop ditengah fenomena
menurunnya jumlah penonton Indonesia. Kini Dika kembali hadir, dengan film adaptasi
dari buku keenamnya, “Manusia Setengah Salmon” yang merupakan film ketiga
Raditya Dika pada tahun ini.
Seperti ingin melanjutkan kesuksesan “Cinta Brontosaurus”,
Starvision dengan “segera” melanjutkan kisah Dika dan kehidupannya yang mampu
menghibur penonton terutama penggemarnya (serta tentu saja followersnya yang
banyak itu) dengan menggarap “Manusia Setengah Salmon”. “Manusia Setengah
Salmon” merupakan kelanjutan kisah dari “Cinta Brontosaurus”. Pada “Manusia
Setengah Salmon” tidak lagi diarahkan oleh Fajar Nugros, melainkan oleh
Herdanius Larobu. Apabila dalam “Cinta
Brontosaurus“ menceritakan pertemuan antara Dika (Raditya Dika) dan Jessica
(Eriska Rein) dengan segala lika liku percintaannya, maka dalam “Manusia
Setengah Salmon” penonton disuguhkan kisah bagaimana karakter Dika menjalani
proses “Perpindahan”. Dikisahkan Dika dalam masa kembali sendiri (jomblo)
setelah sekitar satu tahun putus dengan Jessica. Namun, Dika tidak mudah untuk
melepas bayang-bayang Jessica dikehidupannya, sehingga Dika sulit untuk move on
dari Jessica dan mencari pengganti Jessica. Hingga akhirya Dika dekat dengan
dengan gadis cantik bernama Patricia (Kimberly Ryder). Selain masalah
“perpindahan hati”, Dika juga harus merasakan perpindahan tempat tinggal yang
sejak kecil ia tempati bersama keluarganya. Proses mencari rumah baru bersama
ibunya (Dewi Irawan) tidak mudah, berkali-kali Dika dan ibunya harus menemukan
hal-hal aneh dirumah-rumah yang mereka Survey. Penonton akan disuguhkan bagaimana
proses Dika dalam berdaptasi dengan perpindahan ke hal yang baru dalam
hidupnya. Baik itu perpindahan rumah sampai perpindahan hati.
Sebagai film yang diadaptasi dari novel, “Manusia Setengah Salmon”
cukup dekat dengan apa yang ditulis pada novelnya. Kisah-kisah seperti hubungan
Dika dengan supirnya (Insan Nur Akbar) yang bermasalah dengan bau keteknya
hingga percakapan antara kaum setan-pun ada difilm ini walau porsinya hanya
sebagai pelengkap. Karena diadaptasi dari novelnya, sehingga beberapa joke dan
celotehan yang dilontarkan oleh Dika yang sebenernya mampu mengundang tawa jadi
gagal untuk saya. Ya mungkin karena saya merupakan pembaca semua novel dari
Dika dan beberapa kali melihat penampilan Dika saat sedang menjadi Comic
(sebutan bagi orang yang melakukan Stand Up Comedy) atau dalam serial “Malam
Minggu Miko”, joke yang dilontarkan Dika sesekali menjadi jayus bin garing
karena terjadi pengulangan joke yang sering dilakukan oleh Dika di “tempat”
lain atau joke yang ada di novelnya. Walaupun beberapa “Becandaan” atau Joke
dalam film ini mampu membuat saya terhibur dan tertawa. Jujur saya lebih
menikmati becandaan Dika melalui buku-bukunya dibanding dengan menonton
filmnya. Iya walaupun saya sadari untuk mengeksekusi sebuah buku kedalam sebuah
film tidaklah mudah dan memberikan “pengalaman” yang sama menonton film dengan
membaca bukunya juga tidaklah mudah. Tetapi film ini mampu membuat saya terhibur
dan betah hingga film selesai dengan segala yang tersaji difilm ini.
Berbeda dari pendahulunya, “Manusia Setengah Salmon” memiliki
cakupan cerita yang lebih luas. Apabila dalam “Cinta Brontosaurus” berfokus
pada kisah asmara Dika dan Jessica yang dibantu dengan agennya yang menarik
perhatian saya di “Cinta Brontosaurus” (iya saya merindukan kosasih), dalam “Manusia
Setengah Salmon”, Kedekatan Dika dengan keluarganya, terutama Ayahnya (Bucek)
yang ingin punya waktu bersama Dika mendapat porsi yang sama banyak dengan
kisah Dika dengan kisah cintanya. Hal ini seperti memperjelas kalau “Manusia
Setengah Salmon” tidak hanya film komedi percintaan remaja yang hanya
memperlihatkan asam-manis dalam hubungan asmara namun juga sebagai film komedi
keluarga yang menampilkan kedekatan Dika dengan keluarganya yang cukup unik. Penampilan
Raditya Dika tidak banyak berubah dari 2 film sebelumnya pada tahun ini tapi
tentu saja berkembang dibanding film pertamanya “Kambing Jantan” yang saat itu
Dika masih terlihat kaku dan canggung dalam berakting. Akting Raditya Dika pada
film ini membuat saya tidak bisa membedakan mana Dika menjadi Dika (menjadi
dirinya sendiri) atau menjadi sosok Miko yang jelas kedua karakter ini berbeda.
Tapi kreatifitas Raditya Dika memang patut diapresiasikan. Berawal dari
blogger, menjadi penulis novel, menjajal dunia stand up comedy sebagai comic,
membuat serial pendek di youtube dengan “Malam Minggu Miko” hingga terjun
kedunia perfilman. Semoga keberuntungan Raditya Dika berlanjut kepada Manusia
Setengah Salmon setidaknya mampu memperoleh raihan jumlah penonton “Cinta
Brontosaurus”. Bagi penggemar Raditya Dika, tentu penampilan Dika dalam film
barunya “Manusia Setengah Salmon” jangan sampai kalian lewatkan.
Rating: 2/5
Rating: 2/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar