Rabu, 15 April 2015

(Review Short Film) Merindu Mantan : The Scariest Effect of Broken Heart





Apabila mendengar kata “merindu mantan” sontak yang terlintas adalah kegalauan yang sekarang seakan menjadi “musim” dikalangan remaja. Perasaan dimana hati terasa perih dan tentu saja menyakitkan ini di ekspresikan secara beragam dan yang lagi hits saat ini adalah dalam bentuk meme. Banyak sekali meme-meme lucu yang mengangkat isu tentang kegalauan atas mantan kekasih seakan tak ada habisnya bahan untuk mengeksploitasi kegalauan akan mantan. Hasilnya selalu menghibur dan ada saja hal yang baru dan lucu muncul seakan menyindir dengan cara yang menghibur pembacanya dan terasa dekat dengan yang pernah dialami. Dan bila berpikiran bahwa film pendek “Merindu Mantan” akan sama lucu dan menghibur layaknya meme-meme tentang mantan, buang jauh pikiran tersebut karena kalian salah besar.

“Merindu Mantan” berkisah tentang Asih (Aimee Saras) seorang gadis desa yang hatinya rapuh karena dikhianati oleh mantan kekasihnya, Joni (Rangga Djoned) yang divisualisasikan sebagai playboy kampung. Perlahan namun pasti, Asih menyuguhkan kegalauan yang begitu besar yang menuntunnya ke sisi gelap dan mistis dalam dirinya dan memutuskan untuk menyantet mantan kekasihnya sebagai “kenang-kenangan” perpisahan mereka.

 Adalah Andri Cung, sutradara muda dibalik film pendek “Merindu Mantan”. Setelah sukses dengan film pendek “Payung Merah” yang diganjar sebagai Best  Asian Short Film, Screen Singapore pada tahun 2010, Andri Cung kembali menggarap film pendek bergenre thriller namun kali ini ada bumbu-bumbu mistis yang sangat Indonesia sekali didalamnya. “Merindu Mantan”  dipondasi dengan skenario yang ditulis oleh Ve Handojo yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan Andri Cung dalam film “Payung Merah”. Berkat pengalaman menulis skenario-skenario film yang mampu membangkitkan bulu kuduk penonton contohnya pada trilogy Kuntilanak, Ve Handojo sudah punya modal kuat dalam mengangkat salah satu “warisan budaya” di dunia mistis kedalam format film pendek. Pengalaman dan “taste” yang dimiliki oleh Andri Cung ditambah dengan skenario kuat dari Ve Handojo serta didukung dengan aspek teknis lainnya menghasilkan sebuah suguhan yang berbobot dan tentu saja sukses membuat penonton merinding ngeri dibuatnya.

Tak diragukan, dunia persantetan haruslah bangga diadaptasi dalam format film pendek sekelas “Merindu Mantan”. Dengan durasi 10 menit, “Merindu Mantan” mampu membuat atmosfer mengerikan sejak awal film bergulir. Didukung dengan skenario matang dari Ve Handojo, Andri Cung mampu memvisualisasikan “Merindu Mantan” dengan baik. Segi teknis seperti sinematografi yang menawan dan tentu saja production design yang sangat mendukung atmosfer gelap dalam film ini. Penggunaan wadrobe kebaya yang digunakan karakter Asih serta setelan norak mas Joni dan biduannya menguatkan karakter yang ada dalam “Merindu Mantan”. Acungan jempol untuk penata artistiknya karena ketepatan properti seperti seperangkat alat santet (menyan , kembang, dsb) hingga kipas jadul yang sangat mendukung setting dalam film pendek ini. Dan tentu saja, penggunaan tembang Jawa klasik pada awal film membuat merinding penonton. Walau mungkin beberapa penonton tidak mengerti artinya, namun lagu yang memiliki makna jangan pernah membanggakan keindahan diri ini mampu membuat atmosfer menjadi gelap. Bisa dikatakan penggunaan tembang Jawa ini sangat efektif dan tentu saja menambah “tekanan psikologis” untuk penonton.


Apa yang disuguhkan “Merindu Mantan” tak lepas dari performa Aimee Saras yang berperan sebagai Asih. Aimee Saras yang awalnya saya kenal dengan suara merdunya kala menyanyikan lagu “It Was June” dan penampilannya sebagai reporter bawel nan annoying di Melancholy is a Movement (2015) ternyata punya potensi besar sebagai aktris dengan kualitas yang diatas rata-rata. Terlihat bagaimana dia sukses besar memerankan seorang wanita rapuh namun psikopat. Aimee Saras mampu menggunakan potensi dalam tubuhnya untuk membentuk gesture tubuh yang pas, perlahan namun mengerikan. Tentu saja salah satu yang diingat bagaimana cara dia memegang buah pisang dan mengelus-ngelusnya, membuka, lalu menggulirkan ke tubuhnya sebelum melakukan hal mengerikan setelah. Adegan tersebut terlihat sangat seksi sekaligus mendebarkan. Tentu saja pisang tersebut merupakan semiotika dari alat kelamin mantan kekasihnya dan saat itu juga saya punya firasat buruk bahwa “Hamtaro” mantannya dalam ancaman dan firasat saya benar. Adegan ini merupakan salah satu adegan terbaik dalam film ini.

Ada dua kata yang saya sematkan usai menonton “Merindu Mantan”, ngeri dan ngilu. Ngeri tentu saja banyak sekali aspek-aspek thriller yang terdapat dalam film ini. Semua aspek mulai dari pemeran hingga aspek teknis menampilkan performa serta atmosfer yang kuat. “Merindu Mantan” sukses menyuguhkan sebuah tontonan thriller yang mendebarkan dan membuat penonton “tertekan” adalah kesuksesan dari misi film ini. Ngilu yang disuguhkan dalam film ini akan sangat terasa bagi penonton laki-laki. Walau tak diperlihatkan secara frontal, namun adegan demi adegan “penyiksaan” terhadap “hamtaro” Mas Joni cukup menekan psikologis penonton terutama kaum Adam. Setidaknya film ini meninggalkan pesan moral untuk tidak menyakiti perasaan perempuan, atau tidak “hamster”  lucu-mu dalam bahaya.

Melihat “Merindu Mantan” membuat saya semakin yakin akan potensi yang dimiliki oleh Andri Cung. Sebelumnya karya Andri Cung “Payung Merah” yang juga bergenre thriller, “Buang” dan salah satu segmen di “3Sum” yang berjudul “Rawa Kucing” juga mendapat apresiasi yang baik.Begitupula dengan karya  film panjangnya yang berjudul “The Sun, The Moon, The Hurricane” yang rilis 2014 kemarin juga menuai kritik positif. Kedepannya karya-karya dari Andri Cung akan terus dinanti dan tentu saja karyanya untuk membuat film panjang bergenre thriller yang paling dinanti dan rencana akan dibuatnya film panjang dari “Payung Merah” segera terlaksana.


“Merindu Mantan” sendiri sudah berkeliling dibeberapa festival baik dalam dan luar negeri seperti estival Film Pendek Jabodetabeka 2013, XXI Short Film Festival 2013, Europe On Screen 2012, Osian's Cinefan Film Festival ke-12, dan Thai Short Film & Video Festival 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar