Apabila mendengar kata “merindu mantan” sontak yang
terlintas adalah kegalauan yang sekarang seakan menjadi “musim” dikalangan
remaja. Perasaan dimana hati terasa perih dan tentu saja menyakitkan ini di
ekspresikan secara beragam dan yang lagi hits saat ini adalah dalam bentuk
meme. Banyak sekali meme-meme lucu yang mengangkat isu tentang kegalauan atas
mantan kekasih seakan tak ada habisnya bahan untuk mengeksploitasi kegalauan
akan mantan. Hasilnya selalu menghibur dan ada saja hal yang baru dan lucu
muncul seakan menyindir dengan cara yang menghibur pembacanya dan terasa dekat
dengan yang pernah dialami. Dan bila berpikiran bahwa film pendek “Merindu
Mantan” akan sama lucu dan menghibur layaknya meme-meme tentang mantan, buang
jauh pikiran tersebut karena kalian salah besar.
“Merindu Mantan” berkisah tentang Asih (Aimee Saras) seorang
gadis desa yang hatinya rapuh karena dikhianati oleh mantan kekasihnya, Joni
(Rangga Djoned) yang divisualisasikan sebagai playboy kampung. Perlahan namun
pasti, Asih menyuguhkan kegalauan yang begitu besar yang menuntunnya ke sisi
gelap dan mistis dalam dirinya dan memutuskan untuk menyantet mantan kekasihnya
sebagai “kenang-kenangan” perpisahan mereka.
Adalah Andri Cung,
sutradara muda dibalik film pendek “Merindu Mantan”. Setelah sukses dengan film
pendek “Payung Merah” yang diganjar sebagai Best Asian Short Film, Screen Singapore pada tahun
2010, Andri Cung kembali menggarap film pendek bergenre thriller namun kali ini
ada bumbu-bumbu mistis yang sangat Indonesia sekali didalamnya. “Merindu
Mantan” dipondasi dengan skenario yang
ditulis oleh Ve Handojo yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan Andri Cung
dalam film “Payung Merah”. Berkat pengalaman menulis skenario-skenario film yang
mampu membangkitkan bulu kuduk penonton contohnya pada trilogy Kuntilanak, Ve
Handojo sudah punya modal kuat dalam mengangkat salah satu “warisan budaya” di
dunia mistis kedalam format film pendek. Pengalaman dan “taste” yang dimiliki
oleh Andri Cung ditambah dengan skenario kuat dari Ve Handojo serta didukung
dengan aspek teknis lainnya menghasilkan sebuah suguhan yang berbobot dan tentu
saja sukses membuat penonton merinding ngeri dibuatnya.
Tak diragukan, dunia persantetan haruslah bangga diadaptasi
dalam format film pendek sekelas “Merindu Mantan”. Dengan durasi 10 menit,
“Merindu Mantan” mampu membuat atmosfer mengerikan sejak awal film bergulir. Didukung
dengan skenario matang dari Ve Handojo, Andri Cung mampu memvisualisasikan “Merindu
Mantan” dengan baik. Segi teknis seperti sinematografi yang menawan dan tentu
saja production design yang sangat mendukung atmosfer gelap dalam film ini.
Penggunaan wadrobe kebaya yang digunakan karakter Asih serta setelan norak mas
Joni dan biduannya menguatkan karakter yang ada dalam “Merindu Mantan”. Acungan
jempol untuk penata artistiknya karena ketepatan properti seperti seperangkat
alat santet (menyan , kembang, dsb) hingga kipas jadul yang sangat mendukung
setting dalam film pendek ini. Dan tentu saja, penggunaan tembang Jawa klasik
pada awal film membuat merinding penonton. Walau mungkin beberapa penonton
tidak mengerti artinya, namun lagu yang memiliki makna jangan pernah
membanggakan keindahan diri ini mampu membuat atmosfer menjadi gelap. Bisa
dikatakan penggunaan tembang Jawa ini sangat efektif dan tentu saja menambah “tekanan
psikologis” untuk penonton.
Apa yang disuguhkan “Merindu Mantan” tak lepas dari performa
Aimee Saras yang berperan sebagai Asih. Aimee Saras yang awalnya saya kenal
dengan suara merdunya kala menyanyikan lagu “It Was June” dan penampilannya
sebagai reporter bawel nan annoying di Melancholy is a Movement (2015) ternyata
punya potensi besar sebagai aktris dengan kualitas yang diatas rata-rata. Terlihat
bagaimana dia sukses besar memerankan seorang wanita rapuh namun psikopat.
Aimee Saras mampu menggunakan potensi dalam tubuhnya untuk membentuk gesture
tubuh yang pas, perlahan namun mengerikan. Tentu saja salah satu yang diingat
bagaimana cara dia memegang buah pisang dan mengelus-ngelusnya, membuka, lalu
menggulirkan ke tubuhnya sebelum melakukan hal mengerikan setelah. Adegan
tersebut terlihat sangat seksi sekaligus mendebarkan. Tentu saja pisang
tersebut merupakan semiotika dari alat kelamin mantan kekasihnya dan saat itu
juga saya punya firasat buruk bahwa “Hamtaro” mantannya dalam ancaman dan
firasat saya benar. Adegan ini merupakan salah satu adegan terbaik dalam film
ini.
Ada dua kata yang saya sematkan usai menonton “Merindu
Mantan”, ngeri dan ngilu. Ngeri tentu saja banyak sekali aspek-aspek thriller
yang terdapat dalam film ini. Semua aspek mulai dari pemeran hingga aspek
teknis menampilkan performa serta atmosfer yang kuat. “Merindu Mantan” sukses
menyuguhkan sebuah tontonan thriller yang mendebarkan dan membuat penonton “tertekan”
adalah kesuksesan dari misi film ini. Ngilu yang disuguhkan dalam film ini akan
sangat terasa bagi penonton laki-laki. Walau tak diperlihatkan secara frontal,
namun adegan demi adegan “penyiksaan” terhadap “hamtaro” Mas Joni cukup menekan
psikologis penonton terutama kaum Adam. Setidaknya film ini meninggalkan pesan
moral untuk tidak menyakiti perasaan perempuan, atau tidak “hamster” lucu-mu dalam bahaya.
Melihat “Merindu Mantan” membuat saya semakin yakin akan
potensi yang dimiliki oleh Andri Cung. Sebelumnya karya Andri Cung “Payung
Merah” yang juga bergenre thriller, “Buang” dan salah satu segmen di “3Sum”
yang berjudul “Rawa Kucing” juga mendapat apresiasi yang baik.Begitupula dengan
karya film panjangnya yang berjudul “The
Sun, The Moon, The Hurricane” yang rilis 2014 kemarin juga menuai kritik
positif. Kedepannya karya-karya dari Andri Cung akan terus dinanti dan tentu
saja karyanya untuk membuat film panjang bergenre thriller yang paling dinanti
dan rencana akan dibuatnya film panjang dari “Payung Merah” segera terlaksana.
“Merindu Mantan” sendiri sudah berkeliling dibeberapa festival
baik dalam dan luar negeri seperti estival Film
Pendek Jabodetabeka 2013, XXI Short Film Festival 2013, Europe On Screen 2012,
Osian's Cinefan Film Festival ke-12, dan Thai Short Film & Video Festival
2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar