Jumat, 08 Mei 2015

(Review Short Film) How To Make A Perfect X’Mas Eve : A Perfect Traumatic To Make a Perfect X’Mas Eve





Dengan judul yang mengandung kalimat A Perfect X’mas Eve, How To Make A Perfect X’Mas Eve (HTMAPXE) jauh dari bayangan malam Natal sempurna yang ada dibenak penonton. Film ini tidak menggambarkan sebuah perayaan malam Natal selayaknya manusia normal yang penuh cinta kasih dan aroma kekeluargaan yang hangat.  Namun disitulah menariknya, HTMAPXE layaknya sebuah tutorial bagaimana membuat malam Natal yang tidak biasa dan lebih “berkesan”. Sebuah malam Natal sempurna dengan perspektif berbeda dari single lady bernama Gella Kuncoro.

HTMAPXE berkisah tentang Gella Kuncoro (Aimee Saras), perempuan muda yang membuat sebuah video tutorial tentang cara membuat malam Natal yang sempurna (dan beda dari biasanya tentu saja). Diawali dengan sosok Gella yang penuh semangat bersiap untuk memaparkan step demi step cara menghidangkan santapan malam Natal didepan kamera dan kemudian adeganpun berpindah dimana Gella merayakan malam Natal “romantis” berdua dengan seorang pria. Siapa sangka, dibalik penampilan manis berbalut dengan dress merah yang membuatnya terlihat anggun nan ayu, Gella memberikan kejutan istimewa untuk sang pria berupa adegan ranjang ala bondage yang tentu saja panas. Sudah dipastikan, ini menjadi malam Natal yang sempurna bagi Gella dan tentu saja tak terlupakan serta penuh surprise bagi si pria “beruntung” tersebut. Saat adegan demi adegan dimana Gella dan pria-nya berinteraksi, memori-memori kelam Gella saat perayaan malam Natal dengan keluarganya di masa kecil pun muncul dan memberikan sebuah trauma psikologis bagi Gella yang mana pengalaman pahit ini sangat berkontribusi membentuk karakter Gella seperti sekarang dan arah pandangnya untuk menikmati malam Natal.

Menurut plot dan latar pengisahannya, ada tiga plot cerita yang membangun HTMAPXE. Pertama, kisah cinta satu malam antara Gella dan pria bule beserta adengan ranjangnya. Kedua, masa kecil Gella yang kelam saat malam Natal bersama keluarganya dimana perlakuan KDRT ayah Gella yang keras terhadap istrinya dan apa yang terjadi malam tersebut memberikan trauma tersendiri dan mengubah arah pandang Gella terhadap malam Natal dan lelaki. Plot pertama dan kedua disuguhkan secara cut to cut bergantian, seakan bertabrakan namun di-blend dengan rapih dan mudah dinikmati. Dan hasil dari plot pertama dan kedua sukses membangun plot ketiga yang berupa tutorial memasak dengan sangat baik walau agak distrubing. Tanpa kontruksi menarik dari plot pertama dan kedua, plot tutorial ini akan terasa biasa saja. Dampak nyata dari gabungan baik plot pertama dan kedua adalah plot ketiga dalam film ini menjadi klimaks yang pas dan elegan serta punya rasa lebih yang akan membuat penonton terganggu (In a good way) karena latar kisahnya. Dan yang menarik adalah bagaimana ketiga plot yang ada di HTMAPXE disuguhkan dalam durasi 11 menit. Sebuah film yang efektif, padat, dan tahu bagaimana durasi yang singkat dapat dimanfaatkan dengan baik.

Monica Vanesa Tedja, sutradara dari HTMAPXE tahu betul bagaimana bermain-main dengan malam Natal dan menuangkannya dalam bentuk visual. Beberapa orang pasti masih teringat dengan adegan makan malam keluarga saat malam Natal di film Pintu Terlarang. Dengan tema yang sama, HTMAPXE memberikan kisah yang berbeda namun rasa yang sama, ngeri dan nyeri. HTMAPXE adalah film thriller yang mampu memanfaatkan atmosfer dan kekuatan naskah dengan baik. Walau tak ada adegan slasher berdarah-darah yang terlihat dengan frontal (namun ada adegan anggota tubuh yang dipotong dan diperlihatkan secara gamblang), HTMAPXE punya atmosfer yang mampu membuat penonton tetap merasakan kengerian. Penggunaan musik latar yang membuat aroma-aroma thriller semakin terasa dan mencekam. Sebagai contoh adegan awal yang secara visual terlihat seorang gadis cantik bergaya depan kamera membuka sebuah tutorial namun dengan iringan musik yang terdengar thriller sekali membuat penonton bergumam, “pasti ada yang ga beres abis ini!”. Penggunaan lagu-lagu khas Natal pun dalam film ini dimanfaatkan dengan baik sebagai pendukung atmosfer dalam film ini. Terutama gubahan lagu Natal saat credit title bergulir, lagu Natal yang populer pun jadi sekelam Glommy Sunday.

Selain disokong dengan skenario yang baik, HTMAPXE juga terfasilitasi dengan teknis yang baik pula. Dari sisi sinematografi, kerja keras sang DOP, Hizkia Christian mampu menghasilkan gambar-gambar cantik dalam HTMAPXE. Beberapa adegan memang diambil dengan pergerakan kamera yang statis seakan hasil rekaman dari karakter Gella. Namun, gambar yang dihasilkan memiliki komposisi yang cantik dan mampu mewakili keseluruhan adegan sehingga tidak ada gambar yang miss atau atau sekedar footage seadanya. Hasil eksplorasi berupa shot dan angle dari sang DOP bisa dikatakan sukses dan membuat film ini terasa unggul dari segi teknis. Bidikan kamera yang dihasilkan pun terasa lezat, selezat masakan Gella (Bagi teman setipenya tentu saja). Editing dari Gamaliel Tapiheru pun bekerja dengan baik terutama pada paruh pertama film. Sang editor mampu mencampurkan adengan masa lalu dan masa kini dengan baik dan tidak terasa memusingkan walau dengan pace yang cenderung cepat. Yang membedakan scene masa lalu dan masa kini Gella adalah penggunaan tone warna. Pada masa kini warnanya tegas dan pada masa lalu warnanya agak senja. Tak ada tumpang tindih antara dua scene berbeda waktu tersebut walau kesannya saling bertabrakan.

Dan ada yang salah bila tak membahas penampilan sang primadona dalam film ini, Gella Kuncoro yang diperankan oleh Aimee Saras. Dalam ajang XXI Short Film Festival 2013, selain HTMAPXE ada satu film lain yang pemeran utamanya Aimee Saras yaitu Merindu Mantan karya Andri Cung dan Aimee Saras sama-sama tampil bagus dikedua film tersebut. Perempuan yang memiliki suara merdu kala menyanyikan lagu It’s Was June ini apabila dalam Merindu Mantan memerankan sosok wanita galau nan kelabu yang dirudung sedih , di HTMAPXE tampil sebagai wanita yang aktif, talkactive, dan gahar dibalik sikapnya yang anggun didepan pria incarannya. Kesamaan dua karakter Aimee Saras di film HTMAPXE dan Merindu Mantan adalah sama-sama korban disakiti hatinya oleh pria dan menggunakan cara tak wajar dalam pelampiasannya. Dalam merindu mantan sosok Aimee Saras merupakan korban sakit hati dari playboy kampung, di HTMAPXE wanita cantik ini korban dari KDRT yang dilakukan oleh ayahnya. Kesimpulannya adalah jangan pernah menyakiti hati perempuan, apalagi Aimee Saras. Aimee Saras mampu memerankan sosok Gella yang seperti sangat menikmati hidup dan friendly di balik sosok mengerikan yang ada didalam dirinya. Puncak performanya bukan saat adegan ranjang, melainkan saat adegan tutorial diparuh terakhir. Mampu menyelaraskan gesture tubuh dan akting menawan dengan intonasi suara yang jelas dan tegas serat dibumbui dark comedy sebagai bumbu adegan tutorial dengan bahan-bahan hasil buruan sendiri ini. Hasilnya, sebuah tontonan campur –aduk dimana penonton sebenarnya dibuat ngilu namun tidak lupa untuk terhibur. HTMAPXE semakin membuktikan bahwa Aimee Saras punya kualitas acting yang baik bahkan cenderung diatas rata-rata.

Dapat disimpulkan bahwa HTMAPXE adalah sebuah film pendek thriller yang mampu menyuguhkan keseluruhan cerita dengan efektif dan tepat sasaran. Didukung dengan naskah yang baik,kepiawaian dari  segi penyutradaraan, dan segi teknis seperti sinematografi, editing, hingga art department yang bekerja dengan maksimal membuat HTMAPXE terasa lezat selezat masakan yang dinikmati oleh Gella da kawan-kawannya di malam Natal sempurnanya. Tak berlebihan bila HTMAPXE terpilih menjadi film pendek terpilih versi IDFC (Indonesian Film Director Club) pada ajang XXI Short Film Festival 2013.




Catatan : Perlu diingat, jangan lukai perasaan Aimee Saras…

1 komentar: