Kamis, 26 Februari 2015

Review : Slank Gak Ada Matinya (2013)





Mengangkat kisah perjalanan dari seorang Musisi atau Group Band kedalam format Film memang bukan hal yang baru. Sebelumnya pada tahun 1991, Oliver Stone menggarap sebuah film biografi mengenai salah satu band rock terkenal tahun 1960an, “The Doors” . Degan mengusung judul film yang sama dengan nama band-nya, “The Doors” lebih fokus terhadap kisah sang vokalis, Jim Morrison,  yang di perankan oleh Val Kimer. Kini salah satu band rock papan atas Indonesia, Slank, “berkesempatan” kisah mereka diangkat ke dalam film dan dirilis di pengujung tahun 2013 dengan judul “Slank Nggak Ada Matinya”.

“Slank Nggak Ada Matinya” merupakan film yang dibuat untuk menyambut 30tahun Slank Berkarya dibelantika musik nasional. Film ini bisa dikatakan sebagai momentum kiprah Slank dalam berkarya. Film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini berfokus Slank pada periode akhir  tahun 1996-2000 dimana pada periode ini dianggap Slank mengalami sebuah titik balik yang mengubah Slank hingga menjadi Band Sebesar sekarang ini.  Kisah dimulai dengan bergabungnya Ridho (Ajun Perwira) dan Abdee ( Deva Mahera) mengisi kekosongan personil Slank yang menyisahkan Bimbim (Adipati Dolken), Kaka (Ricky Harun),dan Ivanka (Aaron Shahab) merupakan pembuktian bahwa Slank tidak bubar. Selebihnya Penonton akan diajak menyelami kisah para rocker ini dari saat mereka melakukan tour keliling kota, dikelilingi para gadis, interaksi dengan Slankers (Fans dari Slank) hingga bertarung dengan Narkoba. Kedekatan personil Slank dengan sang manajer yang juga merupakan sosok ibu bagi mereka, Bunda Iffet (Meriam Bellina) juga akan menghiasi kisah perjalan group band legendaris ini.


Starvision tahu betul apa yang diinginkan pasar penonton film lokal. Dengan keberhasilan seri Get Married yang mampu mencapai seri keempatnya tahun ini atau pada tahun ini 2 film dari Raditya Dika yang mampu menggaet jumlah penonton yang bisa dikatakan banyak melihat kelesuan jumlah penonton Indonesia, PH ini-pun menggarap Film “Slank Gak Ada Matinya” dengan “Formula” yang kurang lebih sama, Kisah Drama Komedi bergaya “anak muda” yang dihiasi kisah cinta yang disukai penonton Indonesia dan dibalut komedi-komedi yang menghibur.

Fajar Bustomi menyajikan “Slank Gak Ada Matinya” menjadi tontonan yang menghibur  dan sesekali “kekonyolan” yang ditampilkan mampu menimbulkan gelak tawa. Namun, Film ini jadi terasa “Hanyut” kedalam kisah drama para personil Slank sehingga kesan Slank sebagai Band yang besar-pun tak begitu terasa. Slank dalam film ini tak memancarkan kharisma layaknya sebuah band besar malah seperti segerombolan anak muda dengan band biasa mereka. Memang Slank dikenal dengan gayanya yang slengean namun mereka karismatik dan punya pesona sehingga dicintai oleh para Slankers. Kehebatan Slank ini lah yang kurang terasa pada film ini. Walaupun pada setiap adegan konser dipenuhi oleh Slankers dan disisipkan beberapa dakta hebat tentang Slank, “Slank KW” pada film ini tetap tidak mampu memancarkan kehebatan group Band Slank.

Pemilihan cast yang memerankan personil Slank memang sempat menimbulkan banyak komentar beragam mengiringi produksi film “Slank Gak Ada Matinya” . Pemilihan cast seperti Adipati Dolken dan Ricky Harun memang terasa sebagai penambah nilai komersil dari film ini. Bagaimana tidak, Adipati Dolken tahun ini saja cukup banyak filmnya yang rilis seiring kesuksesannya membintangi sosok Keenan dalam Perahu Kertas yang membuatnya memiliki banyak fans. Pemilihan cast yang terlihat komersil ini lah yang membuat anggapan kalau cast tersebut hanya sebagai penarik para penonton terutama kaum muda. Beban untuk memerankan personil Slank tentu akan terasa bagi para cast yang memerankannya. Mereka terlihat cukup berusaha menghidupkan karakter personil Slank. Adipati Dolken jelas berusaha semirip mungkin dengan gaya Bimbim seperti cara berjalan, raut muka hingga cara bicara yang agak tidak begitu jelas. Ricky Harun sebagai Kaka pun menyuguhkan penampilan konyol khas Kaka.Walau akting Ricky Harun masih terlihat tidak begitu berkembang dari beberapa perannya difilm-film sebelumnya. Namun semua cast telah berusaha semirip mungkin meniru Slank yang asli baik dari gesture tubuh hingga cara berbicara. Terlebih didukung dengan kostum serta make-up yang membuat penampilan mereka terlihat mirip dengan Slank yang asli.
Slank memang terkenal menyampaikan pesan kebaikan bagi orang banyak. Selain pesan kedamaian yang selalu disampaikan dengan kata “Peace” di setiap aksi panggungnya, dalam film ini mereka menyampaikan bahaya akan narkoba. Film ini berhasil menggambarkan efek buruk Narkoba yang dialami 3 personil Slank dengan baik. Adegan ini mengajak para penonton terutama slankers untuk tidak mendekati barang haram tersebut. Sebuah pesan moral baik yang diselipkan dalam film sehingga tidak hanya sebagai hiburan semata.

Dedikasi Slank juga terlihat jelas dalam film ini. Setidaknya ada 40 lagu Slank termasuk dari album terbarunya yang digunakan dalam film ini. Penggarapan Scoring dan pemilihan lagu disetiap adegan juga digarap oleh band rock ini. Mereka juga terlibat dalam revisi Skenario film ini agar sesuai dengan kenyataannya dan mampu menggambarkan bagaimana Slank. Dan tentu saja penampilan personil Slank sebagai Cameo dalam film ini. Sebut saja Kaka sebagai Security Hotel dan Bimbim sebagai pengunjung bar.

Selebihnya “Slank Gak Ada Matinya” layak sebagai tontonan keluarga yang menghibur dan mampu memberikan tontonan baru untuk para Slankers setelah film musikal Slank berjudul “Generasi Biru”. Film ini menyuguhkan apa yang memang menjadi favorite penonton Indonesia yaitu drama komedi berbalut percintaan. Ya memang tak munafik kalo selain mengangkat Slank kelayar lebar, film ini punya tujuan komersil untuk meraih pundi-pundi uang dari tiket yang dibeli penonton sehingga film ini terlihat seperti mengikuti selera penonton Indonesia. Namun tak usah berharap muluk-muluk terhadap film ini. Hanya duduk dikursi penonton dan nikmatilah apa yang disajikan dalam film ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar