Mengangkat kisah perjalanan dari seorang Musisi atau Group
Band kedalam format Film memang bukan hal yang baru. Sebelumnya pada tahun
1991, Oliver Stone menggarap sebuah film biografi mengenai salah satu band rock
terkenal tahun 1960an, “The Doors” . Degan mengusung judul film yang sama
dengan nama band-nya, “The Doors” lebih fokus terhadap kisah sang vokalis, Jim
Morrison, yang di perankan oleh Val
Kimer. Kini salah satu band rock papan atas Indonesia, Slank, “berkesempatan”
kisah mereka diangkat ke dalam film dan dirilis di pengujung tahun 2013 dengan
judul “Slank Nggak Ada Matinya”.
“Slank Nggak Ada Matinya” merupakan film yang dibuat untuk
menyambut 30tahun Slank Berkarya dibelantika musik nasional. Film ini bisa
dikatakan sebagai momentum kiprah Slank dalam berkarya. Film yang disutradarai
oleh Fajar Bustomi ini berfokus Slank pada periode akhir tahun 1996-2000 dimana pada periode ini
dianggap Slank mengalami sebuah titik balik yang mengubah Slank hingga menjadi
Band Sebesar sekarang ini. Kisah dimulai
dengan bergabungnya Ridho (Ajun Perwira) dan Abdee ( Deva Mahera) mengisi
kekosongan personil Slank yang menyisahkan Bimbim (Adipati Dolken), Kaka (Ricky
Harun),dan Ivanka (Aaron Shahab) merupakan pembuktian bahwa Slank tidak bubar.
Selebihnya Penonton akan diajak menyelami kisah para rocker ini dari saat
mereka melakukan tour keliling kota, dikelilingi para gadis, interaksi dengan
Slankers (Fans dari Slank) hingga bertarung dengan Narkoba. Kedekatan personil
Slank dengan sang manajer yang juga merupakan sosok ibu bagi mereka, Bunda
Iffet (Meriam Bellina) juga akan menghiasi kisah perjalan group band legendaris
ini.
Starvision tahu betul apa yang diinginkan pasar penonton
film lokal. Dengan keberhasilan seri Get Married yang mampu mencapai seri
keempatnya tahun ini atau pada tahun ini 2 film dari Raditya Dika yang mampu
menggaet jumlah penonton yang bisa dikatakan banyak melihat kelesuan jumlah
penonton Indonesia, PH ini-pun menggarap Film “Slank Gak Ada Matinya” dengan “Formula”
yang kurang lebih sama, Kisah Drama Komedi bergaya “anak muda” yang dihiasi
kisah cinta yang disukai penonton Indonesia dan dibalut komedi-komedi yang
menghibur.
Fajar Bustomi
menyajikan “Slank Gak Ada Matinya” menjadi tontonan yang menghibur dan sesekali “kekonyolan” yang ditampilkan
mampu menimbulkan gelak tawa. Namun, Film ini jadi terasa “Hanyut” kedalam
kisah drama para personil Slank sehingga kesan Slank sebagai Band yang
besar-pun tak begitu terasa. Slank dalam film ini tak memancarkan kharisma
layaknya sebuah band besar malah seperti segerombolan anak muda dengan band
biasa mereka. Memang Slank dikenal dengan gayanya yang slengean namun mereka
karismatik dan punya pesona sehingga dicintai oleh para Slankers. Kehebatan
Slank ini lah yang kurang terasa pada film ini. Walaupun pada setiap adegan
konser dipenuhi oleh Slankers dan disisipkan beberapa dakta hebat tentang
Slank, “Slank KW” pada film ini tetap tidak mampu memancarkan kehebatan group
Band Slank.
Pemilihan cast yang memerankan personil Slank memang sempat
menimbulkan banyak komentar beragam mengiringi produksi film “Slank Gak Ada
Matinya” . Pemilihan cast seperti Adipati Dolken dan Ricky Harun memang terasa
sebagai penambah nilai komersil dari film ini. Bagaimana tidak, Adipati Dolken
tahun ini saja cukup banyak filmnya yang rilis seiring kesuksesannya
membintangi sosok Keenan dalam Perahu Kertas yang membuatnya memiliki banyak
fans. Pemilihan cast yang terlihat komersil ini lah yang membuat anggapan kalau
cast tersebut hanya sebagai penarik para penonton terutama kaum muda. Beban
untuk memerankan personil Slank tentu akan terasa bagi para cast yang
memerankannya. Mereka terlihat cukup berusaha menghidupkan karakter personil
Slank. Adipati Dolken jelas berusaha semirip mungkin dengan gaya Bimbim seperti
cara berjalan, raut muka hingga cara bicara yang agak tidak begitu jelas. Ricky
Harun sebagai Kaka pun menyuguhkan penampilan konyol khas Kaka.Walau akting
Ricky Harun masih terlihat tidak begitu berkembang dari beberapa perannya
difilm-film sebelumnya. Namun semua cast telah berusaha semirip mungkin meniru
Slank yang asli baik dari gesture tubuh hingga cara berbicara. Terlebih
didukung dengan kostum serta make-up yang membuat penampilan mereka terlihat
mirip dengan Slank yang asli.
Slank memang terkenal menyampaikan pesan kebaikan bagi orang
banyak. Selain pesan kedamaian yang selalu disampaikan dengan kata “Peace” di
setiap aksi panggungnya, dalam film ini mereka menyampaikan bahaya akan
narkoba. Film ini berhasil menggambarkan efek buruk Narkoba yang dialami 3
personil Slank dengan baik. Adegan ini mengajak para penonton terutama slankers
untuk tidak mendekati barang haram tersebut. Sebuah pesan moral baik yang
diselipkan dalam film sehingga tidak hanya sebagai hiburan semata.
Dedikasi Slank juga terlihat jelas dalam film ini.
Setidaknya ada 40 lagu Slank termasuk dari album terbarunya yang digunakan
dalam film ini. Penggarapan Scoring dan pemilihan lagu disetiap adegan juga
digarap oleh band rock ini. Mereka juga terlibat dalam revisi Skenario film ini
agar sesuai dengan kenyataannya dan mampu menggambarkan bagaimana Slank. Dan
tentu saja penampilan personil Slank sebagai Cameo dalam film ini. Sebut saja
Kaka sebagai Security Hotel dan Bimbim sebagai pengunjung bar.
Selebihnya “Slank Gak Ada Matinya” layak sebagai tontonan
keluarga yang menghibur dan mampu memberikan tontonan baru untuk para Slankers
setelah film musikal Slank berjudul “Generasi Biru”. Film ini menyuguhkan apa
yang memang menjadi favorite penonton Indonesia yaitu drama komedi berbalut
percintaan. Ya memang tak munafik kalo selain mengangkat Slank kelayar lebar,
film ini punya tujuan komersil untuk meraih pundi-pundi uang dari tiket yang
dibeli penonton sehingga film ini terlihat seperti mengikuti selera penonton
Indonesia. Namun tak usah berharap muluk-muluk terhadap film ini. Hanya duduk
dikursi penonton dan nikmatilah apa yang disajikan dalam film ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar