Jumat, 27 Februari 2015

Review : Rindu Kami PadaMu (2004)


Poster by Artdy

“Teman-teman, hari ini aku ingin bercerita tentang tempat tinggalku, sebuah pasar kecil ditengah kota Jakarta.Aku mau bercerita tentang sajadah dan telur ayam sahabatku”. - Rindu

Asih (Putri Mulia), Gadis kecil yang selalu menghalau setiap orang mengisi sejadah kosong disamping kanannya untuk memberi ruang kepada ibunya yang entah kemana. Lalu ada Bimo (Sakurta Ginting), adik dari seorang penjual telur yang “terobsesi”  dengan wanita cantik yang tinggal didekat rumahnya Dan Rindu (Raisha Pramesi) gadis kecil Tunarungu yang selalu menggambar masjid tanpa kubah. Melalui ketiga anak inilah, penonton akan dibawa kedalam karya ketujuh dari sutradara Garin Nugroho, Rindu Kami Padamu.

Rindu Kami Padamu memvisualkan sebuah interaksi sosial di pasar tradisional secara apa adanya dan natural. Mengangkat kisah hidup rakyat kelas bawah yang “terkurung” dalam sebuah tempat mencari nafkah dengan treatment yang sederhana dan terasa membumi. Film ini mencoba menggambarkan situasi serta kehidupan masyarakat pasar tradisional dimana mereka tinggal dan bekerja didalamnya dengan beberapa polemik yang menyertai yang dibawakan dengan fokus persoalan yang dialami oleh tiga tokoh anak didalamnya.

Penggambaran situasi pasar yang digambarkan ole Garin Nugroho terlihat sederhana namun penuh detail. Penggunaan kamera statis namun mampu menangkap kerumunan serta kesibukan pasar tradisional dapat tertangkap dengan baik dan sederhana. Detil-detil kehidupan para karakter di pasar juga mampu disuguhkan dengan baik seperti proses pengecapan telor, anak-anak pengajian yang mengaji di Musholla, permainan badminton seadanya, serta anak-anak yang bermain di tengah hiruk pikuk pasar. Garin terlihat ingin menggambarkan suasana pasar tradisional secara menyeluruh dan mendalam sehingga tidak hanya apa yang tampak di permukaannya saja. Dan hasilnya bisa dibilang Garin dengan piawai  mampu menggunakan setting utama pada film ini dengan baik dan memberi sudut pandang lain kepada penonton terhadap pasar tradisional.


Penampilan tiga tokoh sentral yang ketiganya merupakan anak kecil mampu menghasilkan karakter yang cukup kuat dalam Rindu Kami Padamu. Ketiganya (Asih, Bimo, dan Rindu) mampu memainkan karakternya masing-masing dengan apik dan terlihat natural, polos, dan jujur khas anak-anak. Namun yang paling menonjol tentu penampilan Sakurta Ginting sebagai Bimo. Penampilan “Kipli” (peran populer Sakurta Ginting dalam seri Kiamat Sudah Dekat) sungguh menawan dan mencuri perhatian sejak film dimulai. Mampu menampilkan karakter bocah yang haus kasih saying ibu serta “terobsesi” akan gadis cantik yang tinggal dekat rumahnya yang membuatnya menjadi posesif. Penampilan perdana Sakurta Ginting dalam film ini merupakan start yang sangat baik. Hasil dari penampilan apiknya menjadikan kenapa Sakurta Ginting cukup laris mondar mandir di Televisi baik sebagai bintang iklan atau aktor serial televisi Indonesia selepas penampilannya di Rindu Kami Padamu.

Penampilan menawan juga ditampilkan oleh dua aktor senior, Didi Petet dan Jaja Miharja. Menjadi duo “penghuni musholla”, mereka menunjukkan kelasnya dalam memerankan tokoh Bagja dan Sabeni. Bagja, seorang ustad yang menghabiskan kehidupannya untuk memakmurkan musholla sederhana tak berkubah ditengah pasar dengan mengajar mengaji anak-anak yang tinggal di pasar. Karakter Bagja tidak terjebak kedalam sosok Ustad yang selalu benar dan sebagai solusi setiap masalah. Digambarkan secara manusiawi namun namun tetap idealis. Begitupun dengan Sabeni, ayah dari Asih yang merupakan “Soulmate” dari Bagja yang dibawakan begitu natural dan bersahabat oleh Jaja Miharja. Pola tingkahnya menjadi “penyegar” dalam film ini. Apabila Bimo terobsesi dengan gadis cantik, Sabeni juga terobsesi, namun dengan microfon dan toak musholla.
Setiap momen dalam Rindu Kami Padamu diiringi ilustrasi musik yang tak kalah menggugah dari filmnya. Musisi Dwiki Dharmawan mampu meracik nada demi nada yang mendampingi setiap adegan dalam film ini sehingga Rindu Kami Padamu terasa begitu syahdu namun tetap membumi nan sederhana. Lagu Rindu Rasul yang dibawakan Bimbo terasa menggetarkan Hati. Beberapa Scene yang diiringi lagu ini begitu menggugah dan membuat pesan yang ingin disampaikan melalui Rindu Kami Padamu semakin menguat. Wajar apabila ilustrasi musik dalam Rindu Kami Padamu mendapat Musik Terpuji pada Festival Film Bandung 2005.



Melalui film yang mendapat penghargaan Best Film Cinefan – Festival of Asian and Arab Cinema pada tahun 2005, Garin Nugroho mampu memadukan kisah kehidupan di pasar tradisional yang terlihat natural dan apa adanya dengan interaksi dan pendekatan yang terasa intim dibalut dengan ilustrasi musik yang menawan dan penampilan para karakter dalam film ini yang memikat. Hasilnya, sebuah tontonan yang menarik dengan cerita yang mendalam. Bisa dibilang Rindu Kami Padamu merupakan film Garin Nugroho lebih mudah dicerna penonton dibanding film beliau yang lain. Sebuah persembahan yang cukup megah yang ditawarkan dengan berbagai kesederhanaan. 

1 komentar:

  1. beritajowo.com adalah web berita harian terkini dan budaya lokal, merupakan situs berita online yang berisi mengenai berita terbaru hari ini dari peristiwa, kecelakaan, kriminal, hukum, berita unik, Politik, dan liputan khusus di Indonesia dan Internasional.

    beritajowo.com Saluran Informasi Akurat Terkini Terpercaya, Berita Politik, Ekonomi, Bisnis, Pendidikan, Olahraga, Jateng, Jabar, Jatim dan Berita DIY.

    BalasHapus