Poster by Artdy
“Teman-teman, hari ini aku ingin bercerita tentang tempat
tinggalku, sebuah pasar kecil ditengah kota Jakarta.Aku mau bercerita tentang
sajadah dan telur ayam sahabatku”. - Rindu
Asih (Putri Mulia), Gadis kecil yang selalu menghalau setiap
orang mengisi sejadah kosong disamping kanannya untuk memberi ruang kepada
ibunya yang entah kemana. Lalu ada Bimo (Sakurta Ginting), adik dari seorang
penjual telur yang “terobsesi” dengan
wanita cantik yang tinggal didekat rumahnya Dan Rindu (Raisha Pramesi) gadis
kecil Tunarungu yang selalu menggambar masjid tanpa kubah. Melalui ketiga anak
inilah, penonton akan dibawa kedalam karya ketujuh dari sutradara Garin
Nugroho, Rindu Kami Padamu.
Rindu Kami Padamu memvisualkan sebuah interaksi sosial di
pasar tradisional secara apa adanya dan natural. Mengangkat kisah hidup rakyat
kelas bawah yang “terkurung” dalam sebuah tempat mencari nafkah dengan
treatment yang sederhana dan terasa membumi. Film ini mencoba menggambarkan
situasi serta kehidupan masyarakat pasar tradisional dimana mereka tinggal dan
bekerja didalamnya dengan beberapa polemik yang menyertai yang dibawakan dengan
fokus persoalan yang dialami oleh tiga tokoh anak didalamnya.
Penggambaran situasi pasar yang digambarkan ole Garin
Nugroho terlihat sederhana namun penuh detail. Penggunaan kamera statis namun
mampu menangkap kerumunan serta kesibukan pasar tradisional dapat tertangkap
dengan baik dan sederhana. Detil-detil kehidupan para karakter di pasar juga
mampu disuguhkan dengan baik seperti proses pengecapan telor, anak-anak pengajian
yang mengaji di Musholla, permainan badminton seadanya, serta anak-anak yang
bermain di tengah hiruk pikuk pasar. Garin terlihat ingin menggambarkan suasana
pasar tradisional secara menyeluruh dan mendalam sehingga tidak hanya apa yang
tampak di permukaannya saja. Dan hasilnya bisa dibilang Garin dengan
piawai mampu menggunakan setting utama
pada film ini dengan baik dan memberi sudut pandang lain kepada penonton
terhadap pasar tradisional.
Penampilan tiga tokoh sentral yang ketiganya merupakan anak
kecil mampu menghasilkan karakter yang cukup kuat dalam Rindu Kami Padamu. Ketiganya
(Asih, Bimo, dan Rindu) mampu memainkan karakternya masing-masing dengan apik
dan terlihat natural, polos, dan jujur khas anak-anak. Namun yang paling
menonjol tentu penampilan Sakurta Ginting sebagai Bimo. Penampilan “Kipli”
(peran populer Sakurta Ginting dalam seri Kiamat Sudah Dekat) sungguh menawan
dan mencuri perhatian sejak film dimulai. Mampu menampilkan karakter bocah yang
haus kasih saying ibu serta “terobsesi” akan gadis cantik yang tinggal dekat
rumahnya yang membuatnya menjadi posesif. Penampilan perdana Sakurta Ginting
dalam film ini merupakan start yang sangat baik. Hasil dari penampilan apiknya
menjadikan kenapa Sakurta Ginting cukup laris mondar mandir di Televisi baik
sebagai bintang iklan atau aktor serial televisi Indonesia selepas
penampilannya di Rindu Kami Padamu.
Penampilan menawan juga ditampilkan oleh dua aktor senior,
Didi Petet dan Jaja Miharja. Menjadi duo “penghuni musholla”, mereka
menunjukkan kelasnya dalam memerankan tokoh Bagja dan Sabeni. Bagja, seorang
ustad yang menghabiskan kehidupannya untuk memakmurkan musholla sederhana tak
berkubah ditengah pasar dengan mengajar mengaji anak-anak yang tinggal di
pasar. Karakter Bagja tidak terjebak kedalam sosok Ustad yang selalu benar dan
sebagai solusi setiap masalah. Digambarkan secara manusiawi namun namun tetap
idealis. Begitupun dengan Sabeni, ayah dari Asih yang merupakan “Soulmate” dari
Bagja yang dibawakan begitu natural dan bersahabat oleh Jaja Miharja. Pola
tingkahnya menjadi “penyegar” dalam film ini. Apabila Bimo terobsesi dengan
gadis cantik, Sabeni juga terobsesi, namun dengan microfon dan toak musholla.
Setiap momen dalam Rindu Kami Padamu diiringi ilustrasi
musik yang tak kalah menggugah dari filmnya. Musisi Dwiki Dharmawan mampu
meracik nada demi nada yang mendampingi setiap adegan dalam film ini sehingga
Rindu Kami Padamu terasa begitu syahdu namun tetap membumi nan sederhana. Lagu
Rindu Rasul yang dibawakan Bimbo terasa menggetarkan Hati. Beberapa Scene yang
diiringi lagu ini begitu menggugah dan membuat pesan yang ingin disampaikan
melalui Rindu Kami Padamu semakin menguat. Wajar apabila ilustrasi musik dalam
Rindu Kami Padamu mendapat Musik Terpuji pada Festival Film Bandung 2005.
Melalui film yang mendapat penghargaan Best
Film Cinefan – Festival
of Asian and Arab Cinema pada tahun 2005, Garin Nugroho mampu memadukan
kisah kehidupan di pasar tradisional yang terlihat natural dan apa adanya
dengan interaksi dan pendekatan yang terasa intim dibalut dengan ilustrasi musik
yang menawan dan penampilan para karakter dalam film ini yang memikat.
Hasilnya, sebuah tontonan yang menarik dengan cerita yang mendalam. Bisa
dibilang Rindu Kami Padamu merupakan film Garin Nugroho lebih mudah dicerna
penonton dibanding film beliau yang lain. Sebuah persembahan yang cukup megah yang
ditawarkan dengan berbagai kesederhanaan.
beritajowo.com adalah web berita harian terkini dan budaya lokal, merupakan situs berita online yang berisi mengenai berita terbaru hari ini dari peristiwa, kecelakaan, kriminal, hukum, berita unik, Politik, dan liputan khusus di Indonesia dan Internasional.
BalasHapusberitajowo.com Saluran Informasi Akurat Terkini Terpercaya, Berita Politik, Ekonomi, Bisnis, Pendidikan, Olahraga, Jateng, Jabar, Jatim dan Berita DIY.