Rabu, 29 Januari 2014

KOMUNITAS : GudangFilm



“Untuk apa nonton film Indonesia? Gak berkualitas. Tiket bioskop kan mahal mending nonton film Hollywood”. Yang barusan adalah salah satu contoh pernyataan cukup “menyakitkan” dari beberapa penonton bioskop di Indonesia  dikala diajak nonton film Indonesia. Kini calon penonton ketika menghampiri tempat penjualan tiket di Bioskop kebanyakan lebih memilih film-film “blockbuster” khas Hollywood dibanding film lokal yang saat itu juga tayang. Film Lokal seperti diacuhkan dinegeri sendiri. Daripada harus menonton dibioskop, beberapa penonton pun lebih memilih menunggu di televisi atau mendownload di Internet film-film Indonesia. Dampaknya, jumlah penonton Indonesia yang memperihatinkan. Jangankan untuk menembus 1 juta penonton, 100ribu-pun Film Indonesia sudah kembang-kempis untuk menembusnya. Suatu fakta yang cukup memprihatinkan terhadap kondisi penonton bioskop film Indonesia.

Atas keprihatinan akan kondisi tersebut serta diiringi rasa cinta dan keinginan mendukung film lokal, beberapa anak muda yang berdomisili di Jakarta membentuk komunitas Gudangfim. Komunitas yang terbentuk pada 1 januari 2013 ini terbentuk akan kesadaran bahwa Film Indonesia tak berarti apa-apa tanpa penontonnya. Dengan mengusung Jargon “Gerakan Nonton di Bioskop”, Gudangfilm mengajak masyarakat Indonesia secara luas untuk menonton film-film Indonesia di Bioskop. Tentu dengan harapan perfilman Indonesia mampu terus “eksis” di negerinya sendiri.

Dalam Pergerakannya, Gudangfilm mengajak orang-orang untuk menonton film Indonesia melalui kegiatan “Nobar” singkatan dari “Nonton Bareng” yang merupakan kegiatan inti dari komunitas ini. Kegiatan Nobar yang dilakukan oleh Gudangfilm bersifat terbuka sehingga bisa diikuti oleh siapapun tanpa terkecuali. Karena bisa diikuti oleh siapapun, tak sedikit GFers (sebutan bagi penonton yang mengikuti nobar bersama Gudangfilm)bisa saling kenal dengan teman-teman baru sesama penyuka film Indonesia dan tentu saja bisa bertukar pikiran sesama penonton film mengenai film yang baru saja ditonton.

Dalam kegiatan Nobar, Gudangfilm juga mengundang Cast dan Crew film yang akan  di-Nobar-kan agar penonton dapat dekat dengan sosok yang selama ini mungkin hanya bisa mereka temui di televisi atau di layar bioskop.  Cast dan Crew akan “menemani” para penonton menikmati film yang mereka buat sehingga para pembuat film-pun dapat mengetahui respon langsung dari penonton filmnya dan disisi penonton mereka dapat merasakan “atmosfer” menonton dengan cast dan crew film yang mungkin saja adalah artis atau idola mereka sehingga ada rasa kesenangan tersendiri dan pengalaman lain saat menonton. Setelah menonton, penonton pun bisa melakukan sharing kepada cast dan crew film terhadap film yang baru saja ditonton.  Interaksi antara pembuat dan penikmat film ini pun mungkin saja akan memperluas rasa cinta terhadap film lokal sehingga tidak akan ada lagi rasa enggan untuk menonton film Indonesia di bioskop.

Selama hampir satu tahun ini Gudangfilm terus konsisten dalam mengadakan Nobar. Setidaknya ada 1 hingga 3 film yangdibuatkan Nobar tiap bulannya. Nobar pertama Gudangfilm adalah ketika mereka membuat nobar “Mika” pada tanggal 15 Januari 2013. Nobar yang cukup mendebarkan bagi mereka karena selain merupakan pengalaman pertama, pendaftaran dan pendataan dilakukan dalam waktu yang singkat yaitu 3 hari. Total Gudangfilm telah membuat 15 Nobar sejak terbentuk. Beberapa film yang pernah dibuatkan nobar antara lain Belenggu, Tampan tailor, Finding Srimulat, Cinta Dalam Kardus, Coboy Junior the Movie Dan La Tahzan. Selain di Jakarta, Gudangfilm juga pernah melangsungkan Nobar di Kota lain seperti di Bandung saat Gudangfilm  melangsungkan Nobar Air Mata Terakhir Bunda.

Selain Nobar, kegiatan lain yang dilakukan Gudangfilm adalah Diskusi Film. Diskusi Film pertama yang dilakukan oleh Gudangfilm adalah Diskusi film serta Screening film karya Anggy Umbara di SAE Institute Agustus 2013. Film karya Anggy Umbara yang diputar dan menjadi bahan diskusi adalah Coboy Junior the Movie dan Mama Cake. Pada 29 Oktober 2012, Gudangfilm bersama majalah Kinescope melangsungkan nobar film klasik nan legendaris Indonesia ‘Tjoet Nja’ Dien” (1988). Tjoet Nja’ Dien merupakan film karya sutradara Eros Djarot yang memiliki banyak prestasi diantaranya menyandang Best International Film pada Festival Film Cannes pada tahun 1989. Nobar Tjoet Nja’ Die merupakan langkah sangat positif yang memiliki tujuan mulia sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan budaya bangsa berupa film agar terus lestari dan dikenal oleh generasi sekarang.  Gudangfilm juga turut serta dalam “Pasar Seni Jakarta” yang berlangsung pada 3-5 Desember 2013 di Parkir Timur Senayan. Dengan kembali bekerjasama dengan Majalah Kinescope, Mereka membuat sebuah “Bioskop Mini” di tengah hiruk-pikuk keramaian Pasar Seni Jakarta.  “Bioskop Mini” menayangkan beberapa film Indonesia yang terkenal seperti Tjoet Nja’ Dien, Rumah Dara, Mama Cake, Coboy Junior The Movie dll. Hasilnya, “Bioskop Mini” Gudang Film dan Majalah Kinescope mendapat apresiasi yang baik dari pengunjung dengan lumayan banyak pengunjung yang mampir dan terhibur dengan film-film yang disajikan.

Melalui akun twitter, @_Gudangfilm, Komunitas ini secara konsisten memberikan info-info mengenai film. Baik Film yang sedang tayang, akan tayang hingga film-film yang telah tayang beberapa tahun lalu namun masih menarik untuk dibahas. Tidak hanya film lokal, mereka juga menginfokan mengenai berita berita film mancanegara. Melalui akun twitternya, Gudangfilm juga sering menginformasikan kegiatan yang akan atau telah dilakukan. Sehingga bila ingin mengetahui mengenai kegiatan seperti Nobar, bisa dicek timeline twitter mereka. Selain Twitter, Gudangfilm memiliki blog Gudanggfilm.blogspot.com. Dalam blog ini pengunjung bisa mendapatkan informasi mengenai kegiatan yang akan di lakukan, report serta foto-foto kegiatan yang telah berlangsung, dan review film-film yang ditulis oleh para anggota dari Gudangfilm.

Kini anggota Gudangfilm semakin hari semakin bertambah seiring dengan kegiatan yang mereka jalani. GFers terdiri dari beragam profesi dan latar belakang seperti Mahasiswa dari berbagai jurusan seperti akuntansi, IT, Jurnalistik dan sebagainya , pelajar, karyawan, baik muda hingga tua, mereka terhimpun dalam komunitas yang memiliki jargon “Gerakan Nonton di Bioskop”. Harapan mereka sederhana, dengan rasa cinta dan semangat mendukung film Indonesia, mereka ingin Film Indonesia menjadi Primadona di negeri sendiri dan menyadarkan bahwa tidak rugi untuk menonton film Indonesia di bioskop malahan turut serta membangun industri kreatif bernama Film dinegeri ini. Mari nonton film Indonesia di Bioskop!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar