Jumat, 27 Februari 2015

Liputan : Hari Film Nasional 2014


Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Badan Perfilman Indonesia (BPI) menyelenggrakan Peringatan Hari Film Nasional (HFI) ke-64. Puncak acara peringatan Hari Film Nasional ke-64 yang berlangsung pada Selasa, 1 April 2014 di XXI Djakarta Theater. Acara berlangsung meriah dengan dihadiri oleh para penggiat dunia film tanah air yang tidak mau melewatkan moment peringatan akan perkembangan film di Indonesia.

Dengan mengusung tema “Bangga Film Indonesia”, Hari Film Nasional ke-64 memiliki beberapa rangkaian acara. Dimulai dengan roadshow sekaligus diskusi film “9 Summer 10 Autumn” dan “Sagarmatha” di Semarang dan Banjarnegara yang dimeriahkan oleh sutradara dan artis pendukungnya pada tanggal 27 Maret 2014. Dihari yang sama, Dr. Seno Gumira Ajidarma melakukan orasi sinema di Galeri Indonesia Kaya , Mall Grand Indonesia yang bertajuk “Film Indonesia dan Identitas Nasional dalam Kondisi Pascanasional.  Serta dilakukan juga pemutaran serta diskusi film dan pelatihan singkat pemeranan oleh Rumah Aktor Indonesia (RAI)  di 7 SMP dan SMA di Jabodetabek yang berlangsung dari tanggal 27 Maret hingga 4 April 2014.

Tepat pada Hari Film Nasional pada tanggal 30 Maret , Kemenparekraf mengadakan syukuran Hari Film Nasional ke-64 di Balairung Soesilo Soedarman, Kemenparekraf. Sebelumnya berlangsung acara Tabur Bunga di sebagai bentuk penghormatan di pusara Usmar Ismail di di TPU Karet Bivak dan artis Sofia WD di TMP Kalibata. Dihari yang sama, Kemenparekraf bekerjasama dengan XXI memutar beberapa film yang dianggap laris terhitung dari tahun 2000-2010 seperti Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel im in Love, Naga Bonar Jadi 2, dan Laskar Pelangi di Hollywood XXI, Jakarta dengan tiket khusus sebesar Rp. 20.000.

Pada tanggal 1 April 2014, berlangsung diskusi film di Ballroom Club XXI, Djakarta Theater bersama direktur Asiatica Film Mediale, Roma, Italo Spinelli dan Ray Nayoan berkerjasama dengan LA Light Indie Movie. Sebelumnya direncanakan Garin Nugroho juga  turut meramaikan diskusi namun berhalangan hadir. Malam puncak Hari Film Nasional ke -64 dibuka  dengan sambutan dari menteri  parekraf Mari Elka Pangestu, wakil menteri Dikbud Wiendu Nuryanti, dan Ketua BPI Alex Komang. Acara puncak juga diramaikan oleh Ihsan Tarore, Reza Artamevia, dan Dira Sugandi dengan Iringan Frequent O Harmony arahan Frida Tumakaka yang membawakan beberapa komposisi yang terilhami dari film-film Indonesia. Pada malam itu juga diserahkan Piala Antemas kepada Film “Tenggelamnya Kapal Van der Wijk” sebagai film terlaris tahun 2013. Acara ditutup dengan pemutaran film “Darah dan Doa” karya Usmar Ismail.


Film “Darah dan Doa” karya Bapak Film Nasional, Usmar Ismail dipilih sebagai penutup rangkaian acara Hari Film Nasional. Bukan tanpa alasan pemilihan “Darah dan Doa” yang rilis pada tahun 1950 ini sebagai penutup, film ini dikenal sebagai film pertama kali di sutradarai oleh orang Indonesia dan diproduksi oleh perusahaan Film milik Indonesia. Hal ini membuat hari pertama pengambilan gambar film yang juga dikenal dengan judul “The Long March of Siliwangi” ini ditetapkan sebagai Hari Film Nasional tiap tanggal 30 Maret. Film “Darah dan Doa” yang ditayangkan merupakan hasil restorasi yang juga merupakan film kedua karya Usmar Ismail yang direstorasi setelah sebelumnya karyanya yang berjudul “Lewat Djam Malam”. Namun “Darah dan Doa” direstorasi oleh Render Post dengan dukungan Kemenparekraf yang membuat film ini menjadi film pertama yang di restorasi di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar