Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
bekerjasama dengan Badan Perfilman Indonesia (BPI) menyelenggrakan Peringatan
Hari Film Nasional (HFI) ke-64. Puncak acara peringatan Hari Film Nasional
ke-64 yang berlangsung pada Selasa, 1 April 2014 di XXI Djakarta Theater. Acara
berlangsung meriah dengan dihadiri oleh para penggiat dunia film tanah air yang
tidak mau melewatkan moment peringatan akan perkembangan film di Indonesia.
Dengan mengusung tema “Bangga Film Indonesia”, Hari Film
Nasional ke-64 memiliki beberapa rangkaian acara. Dimulai dengan roadshow
sekaligus diskusi film “9 Summer 10 Autumn” dan “Sagarmatha” di Semarang dan
Banjarnegara yang dimeriahkan oleh sutradara dan artis pendukungnya pada
tanggal 27 Maret 2014. Dihari yang sama, Dr. Seno Gumira Ajidarma melakukan
orasi sinema di Galeri Indonesia Kaya , Mall Grand Indonesia yang bertajuk
“Film Indonesia dan Identitas Nasional dalam Kondisi Pascanasional. Serta dilakukan juga pemutaran serta diskusi
film dan pelatihan singkat pemeranan oleh Rumah Aktor Indonesia (RAI) di 7 SMP dan SMA di Jabodetabek yang
berlangsung dari tanggal 27 Maret hingga 4 April 2014.
Tepat pada Hari Film Nasional pada tanggal 30 Maret ,
Kemenparekraf mengadakan syukuran Hari Film Nasional ke-64 di Balairung Soesilo
Soedarman, Kemenparekraf. Sebelumnya berlangsung acara Tabur Bunga di sebagai
bentuk penghormatan di pusara Usmar Ismail di di TPU Karet Bivak dan artis
Sofia WD di TMP Kalibata. Dihari yang sama, Kemenparekraf bekerjasama dengan
XXI memutar beberapa film yang dianggap laris terhitung dari tahun 2000-2010
seperti Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel im in Love, Naga Bonar Jadi 2, dan Laskar
Pelangi di Hollywood XXI, Jakarta dengan tiket khusus sebesar Rp. 20.000.
Pada tanggal 1 April 2014, berlangsung diskusi film di
Ballroom Club XXI, Djakarta Theater bersama direktur Asiatica Film Mediale,
Roma, Italo Spinelli dan Ray Nayoan berkerjasama dengan LA Light Indie Movie.
Sebelumnya direncanakan Garin Nugroho juga turut meramaikan diskusi namun berhalangan hadir.
Malam puncak Hari Film Nasional ke -64 dibuka
dengan sambutan dari menteri
parekraf Mari Elka Pangestu, wakil menteri Dikbud Wiendu Nuryanti, dan
Ketua BPI Alex Komang. Acara puncak juga diramaikan oleh Ihsan Tarore, Reza
Artamevia, dan Dira Sugandi dengan Iringan Frequent O Harmony arahan Frida
Tumakaka yang membawakan beberapa komposisi yang terilhami dari film-film
Indonesia. Pada malam itu juga diserahkan Piala Antemas kepada Film
“Tenggelamnya Kapal Van der Wijk” sebagai film terlaris tahun 2013. Acara
ditutup dengan pemutaran film “Darah dan Doa” karya Usmar Ismail.
Film “Darah dan Doa” karya Bapak Film Nasional, Usmar Ismail
dipilih sebagai penutup rangkaian acara Hari Film Nasional. Bukan tanpa alasan
pemilihan “Darah dan Doa” yang rilis pada tahun 1950 ini sebagai penutup, film
ini dikenal sebagai film pertama kali di sutradarai oleh orang Indonesia dan
diproduksi oleh perusahaan Film milik Indonesia. Hal ini membuat hari pertama
pengambilan gambar film yang juga dikenal dengan judul “The Long March of
Siliwangi” ini ditetapkan sebagai Hari Film Nasional tiap tanggal 30 Maret.
Film “Darah dan Doa” yang ditayangkan merupakan hasil restorasi yang juga
merupakan film kedua karya Usmar Ismail yang direstorasi setelah sebelumnya
karyanya yang berjudul “Lewat Djam Malam”. Namun “Darah dan Doa” direstorasi
oleh Render Post dengan dukungan Kemenparekraf yang membuat film ini menjadi
film pertama yang di restorasi di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar