Setelah Penantian dan “Perjuangan” yang cukup lama,
kelanjutan kisah anak-anak Belitong dalam meraih mimpinya kembali hadir.
Mengusung judul “Laskar Pelangi Sekuel 2 : Edensor”, film adaptasi seri ketiga
dari tetralogi novel karya Andrea Hirata siap melanjutkan kisah Ikal dan Arai,
dua anak Belitong yang menggapai mimpi di Eropa. Kali ini, Riri Riza tidak lagi
menyutradarai seri ketiga Laskar Pelangi. “Tongkat estafet” penyutradaraan
dilanjutkan oleh sutradara peraih piala citra melalui “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta”
Benni Setiawan.
“Laskar Pelangi sekuel 2 : Edensor” merupakan kelanjutan
kisah Ikal (Lukman Sardi) danArai (Abimana Aryastya) yang melanjutkan kuliah di
Sorbonne, Paris berkat beasiswa yang mereka dapatkan. Sepanjang film penonton
akan disuguhkan kisah Ikal dan Arai bertahan hidup di negeri orang sambil
mewujudkan mimpi mereka. Selain belajar, mereka juga bekerja apa saja mulai
dari pelayan restoran hingga pengamen demi mencukupkan kebutuhan hidup serta
mengirim uang ke orang tua di Belitong. Kisah Cinta Ikal dan Katya (Astrid
Roos) pelajar asal Jerman serta bayang-bayang cinta pertama Ikal, Aling
(Shalvynne Chang) turut menghiasi usaha dua anakbelitong ini mengejar
cita-cita. Dalam Edensor Ikal terjebak dalam dinamika kehidupannya antara
cinta, keluarga di Belitong, mimpi serta persahabatannya dengan Arai.
Benni Setiawan punya tanggung jawab besar dalam menghidupkan
kisah yang mampu membuat dua film pendahulunya menjadi fenomenal. Proyek
Edensor ini sempat mengalami bongkar pasang sutradara dan cast dalam
pembuatannya. Mundurnya duet maut kesuksesan “Laskar Pelangi” dan “Sang
Pemimpi”, Riri Riza dan Mira Lesmana serta penulis skenarionya Salman Aristo
membuat Benni Setiawan yang juga menulis skenario Edensor punya “Pekerjaan
Rumah” lebih dimana harus berupaya menyajikan suatu hal yang setidaknya sama
dengan dua film sebelumnya. Ditambah sang penulis novel, Andrea Hirata tidak
turut campur dalam penulisan skenario dengan alasan ingin melihat pandangan
baru terhadap novelnya.
Kisah anak Belitong kehilangan keajaibannya. Bagi penggemar
seri Laskar Pelangi jelas Edensor mengalami penurunan kualitas dibanding dua
film sebelumnya. Skenario yang ditulis oleh Benni Setiawan tidak sekuat
skenario dua film sebelumnya. Alhasil cerita Ikal dan Arai yang telah dibangun
dengan baik di Sang Pemimpi hanya terlihat seperti dua orang pelajar yang
kuliah di Paris dan dinamika kehidupannya yang biasa aja. Tak terasa mimpi besar
yang sangat menggugah perasaan diseri sebelumnya. Ikal dan Arai memang selalu
membicarakan mimpi mereka namun atmosfir akan mimpi mereka tak begitu terasa
dalam film ini. Masih teringat jelas bagaimana Arai dalam Sang Pemimpi yang begitu
“ajaib” dan keras terhadap mimpi-mimpinya. Dalam Edensor karakter Arai
kehilangan perilaku “Ajaib”nya kecuali di bagian Arai remaja menggendong Ikal.
Ya hanya itu saja yang tersisa.
Begitu datar emosi yang disampaikan melalui film ini. Benni
Setiawan kurang mengeksplorasi konflik-konflik yang ada dalam film ini. Ya
hanya seperti mendadak datang dan berlalu begitu saja. Tanpa meninggalkan kesan
lebih terhadap penonton. Sosok Katya misalnya, tak begitu terasa memberikan
pengaruh emosi terhadap penonton, padahal dial ah orang yang berhasil
“membelokkan” cinta Ikal terhadap Aling. Romansa Ikal danAling pun terasa datar.
Tak terasa cinta dari mereka walaupun Ikal terlihat bahagia disana dan ketika
Katya pergi ya terasa begitu saja. Sosok Aling pun yang kedatangannya sebentar
dalam film ini tak memberikan kesan lebih. Tak seperti kehadiran Aling di
“Laskar Pelangi”. Adegan itu masih membekas dan memorable. Walau sebentar,
Aling dalam Laskar Pelangi meninggalkan kesan baik dan akan tetap diingat
ditambah iringan lagu seroja yang membuat Aling dalam “Laskar pelangi” mampu
bertahan lama di memori penggemar filmnya.
Seperti pendahulu-pendahulunya, alunan musik yang mengiringi
Edensor cukup memanjakan telinga dan menghidupkan suasana di Film. Beberapa
adegan sedikit “terselamatkan” dari alunan musik yang mengiringi film ini. Dan
seri Laskar Pelangi memang terkenal dengan Original Soundtrack yang enak
didengar dan menjadi hits. Sebut saja “Laskar Pelangi”- Nidji dan “Tak perlu
keliling Dunia”-Dewi Gutawa di Laskar Pelangi dan “Sang Pemimpi”- Gigi dan
“Cinta Gila”-Ungu di Sang Pemimpi, di Edensor yang paling menonjol adalah lagu
“Negeri Laskar Pelangi” yang dinyanyikan dalam dua versi melayu dan akustik.
Keduanya sama baiknya dengan aransemen yang sederhana namun nikmat didengar.
Lagu ini membuktikan selain pandai menulis novel, Andrea Hirata juga piawai
menulis lagu. Selain itu sebagai “Jagoan” di Soundtrack ada “Pelangi dan Mimpi”
yang dibawakan oleh Coboy Junior. Lagu ini dibawakan dengan baik dan enak
didengar oleh Coboy Junior. Selain itu dipilihnya Coboy Junior sebagai pengisi
Soundtrack juga menambah nilai komersil dari film ini.
Pengambilan judul “Laskar Pelangi sekuel 2 : Edensor” juga
cukup menarik untuk ditelisik. Kenapa judulnya tidak “Edensor” saja ? kenapa
pakai embel-embel Laskar Pelangi sekuel 2? Toh pada “Sang Pemimpi” pun tak ada
embel-embel “Laskar Pelangi sekuel 1 : Sang Pemimpi”. Jelas untuk penentuan
judul sepenuhnya adalah hak PH yang memiliki hak untuk mengangkat novel Edensor
kedalam bentuk film. Mizan Production si pemilik hak adaptasi 3 novel Laskar
Pelangi kali ini memang tak bekerjasama dengan Miles Film lagi namun dengan
Falcon Pictures, Namun apa alasan menggunakan Embel-embel “Laskar Pelangi
sekuel 2”. Setidaknya ada dua factor, pertama mungkin sebagai pengingat bahwa
Edensor adalah lanjutan dari “Laskar Pelangi” dan “Sang Pemimpi” agar para
calon penonton ketika melihat poster atau berita nya akan berbicara “Oh Laskar
Pelangi ada lanjutannya ya..” . Mereka tidak mau kehilangan moment dari
kesuksesan Laskar Pelangi. Atau “Laskar Pelangi Sekuel 2” digunakan Karena PH
kurang Pede dengan hanya mengusung nama Edensor yang takutnya calon penonton
tidak tahu bahwa Edensor adalah kelanjutan dari Laskar Pelangi dan
mempengaruhi jumlah penonton. Sehingga,
embel-embel “Laskar pelangi sekuel 2” digunakan sebagai jaminan kepada
penonton. Secara “Laskar Pelangi” mempunyai nama yang “harum” dikalangan
penonton film lokal baik dari kualitas
atau raihan box office nya. Apapun itu, pemakain “Laskar Pelangi Sekuel 2”
hanya yang bersangkutan yang tahu persis alasan yang sebenarnya.
Memang tugas yang berat meneruskan seri besar yang punya cerita
yang kuat serta meninggalan ciri khas sutradaranya sebelumnya. “Laskar Pelangi
sekuel 2 : Edensor” mampu tampil dengan gaya berbeda yang tetap layak untuk
ditonton. Setidaknya Edensor memberikan suguhan yang cukup untuk para penggemar
seri ini serta meneruskan kisah inspiratif anak Belitong yang meraih mimpi
mereka. Edensor pun memiliki tujuan yang sama dengan sebelumnya untuk
memotivasi dan menyebarkan semangat untuk meraih mimpi setinggi-tingginya
apapun keterbatasan yang dimiliki. Semoga seri terakhir dari Laskar Pelangi,
Maryamah Kapov dapat digarap secara lebih matang dan menjadi penutup yang indah
kelak. Ya kita tunggu saja Maryamah Karpov atau Laskar Pelangi sekuel 3 :
Maryamah karpov nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar