Menyatukan 8 Comic (sebutan untuk pelaku stand up comedian)
dalam satu film Action comedy? Bisa dibilang sebuah suguhan segar di kala
penonton Indonesia terus-terusan suguhkan oleh genre yang itu-lagi-itu-lagi,
comic 8 hadir sebagai “warna lain” dalam perfilman lokal.
Tak lain adalah Anggy Umbara, sosok dibalik film “Mama Cake”
serta film yang cukup laris tahun lalu, “Coboy Junior The Movie” yang membawa 8
“Pelawak panggung” ini bersanding bersama dalam satu film. Anggy tahu betul kini
Stand Up Comedy sedang berada dimasa jayanya dan Anggy-pun tahu bagaimana
memanfaatkan hal tersebut. Memanfaatkan “aji mumpung” ini, Anggy menyuguhkan
“Comic 8” sebuah film bergenre Action
Comedy yang bisa dibilang sangat jarang diperfilman lokal.
Premis “Comic 8” bisa dibilang unik. Delapan orang perampok yang
dibagi dalam 3 komplotan rampok dengan kepentingan berbeda secara tidak sengaja
“bersinggungan” diwaktu yang sama ketika mereka berniat merampok Bank INI. Ada
Bintang, Fico, dan Babe, rampok amartir yang merampok demi merubah nasib harus
bertemu dengan komplotan bertopeng joker (Anggy seperti ingin memparodikan
adegan merampok bank yang dilakukan Joker di The Dark Knight) yang terlihat
lebih professional yang terdiri dari Ernest,Kemal, dan Arie serta duo perampok
“ajaib” Mongol dan Mudy. Selebihnya penonton akan disuguhkan kisah perampokan
bank aneh dan kacau ini lengkap dengan hingar bingar suara senapan serta tentu
saja kekonyolan-kekonyolan para rampok yang memancing gelak tawa penonton.
“Comic 8” tentu merupakan bukti semakin berkembangnya Anggy
Umbara dalam mengemas sebuah film. Dalam “Comic 8” masih akan disuguhkan
hal-hal yang menjadi ciri khas dari Anggy seperti gaya-gaya komikal dengan
ditambah ilustrasi-ilustrasi yang menarik dan penggunaan beberapa frame dalam
satu layar . Namun penggunaan beberapa efek visual dalam “Comic 8” lebih tepat
penggunaannya dan lebih enak dinikmati daripada saat Anggy menerapkannya pada
“Mama Cake” yang terlihat ingin menuangkan beberapa efek dan filter sebanyak-banyaknya.
Penggunaan efek slow-motion pada adegan action seperti saat baku tembak patut
diacungi jempol. Efek Slow-motion membuat adegan action terlihat lebih detail
dan terlihat “keren” dimata penonton. Namun penggunaan efek slow-motion pada
“Comic 8” terlihat banyak diulang-ulang yang malah membuat kesan “lebay” pada
adegan tertentu. Penggunaan warna pada “Comic 8” untuk beberapa adegan bisa
dibilang tidak tepat serta karena terlalu sering menggunakan warna yang agak
kontras bisa membuat gangguan pada mata penonton atau membuat mata menjadi agak
lelah.
Apresiasi baik harus disematkan kepada Fajar Umbara selaku
penulis skenario. Dengan bijaknya, Fajar mampu membagi porsi yang pas kepada 8
sosok sentral dalam film ini. Kedelapan “perampok” ini dibekali karakter yang
kuat serta mereka punya “bekal” untuk unjuk gigi dan dikenang penonton tanpa
ada yang tampil dominan. Fajar mampu membagi beberapa lelucon “andalan” para comic
ini masing-masing agar mereka sama rata mendapat “tertawa” dari penonton. Walau
beberapa lelucon agak terasa sudah kadaluwarsa, diulang-ulang serta terasa
segmented yang hanya lucu untuk beberapa orang saja (mungkin sangat lucu bagi
yang mengikuti lawakan kedelapan comic ini) namun masih banyak “amunisi”
lelucon yang siap menggempur penonton sehingga setidaknya penonton tidak pulang
tanpa mulut merasakan tertawa apalagi tak terhibur.
Fajar Umbara mampu menambahkan “greget” pada film ini dengan
menambahkan twist berlapis. Penonton akan disuguhkan twist-twist yang akan
menunjukkan apa yang sebenarnya melatarbelakangi perampokan Bank yang dilakukan
oleh kedelapan perampok ini. Walau tidak pungkiri twist dalam film ini terasa
agak dipaksakan serta karena gaya penuturan twistnya sehingga twist ini jadi
kurang begitu terasa dan terlihat “begitu saja” namun dengan Fajar memberikan
twist yang cukup berani dan berbeda serta sejauh mungkin dari praduga penonton
patut diacungi jempol dan bisa dibilang berbeda dari kebanyakn film-film
Indonesia yang tampil dengan bermain aman atau hanya menggunakan 1 twist di
ending.
Selebihnya, “Comic 8” mampu memberikan penyegaran pada film
Indonesia dengan memberikan warna berbeda yang akhir-akhir ini dikuasai oleh
horror atau drama percintaan. Anggy Umbara juga mampu membawa kedelapan comic
yang biasanya tampil sendiri kini naik level ke layar lebar dengan penampilan
yang cukup baik untuk seorang pemula karena dasarnya mereka bukanlah seorang
aktor. Dan lagi-lagi Anggy mampu menggunakan momentum yang tepat dengan
mengangkat comic yang sedang “laris” ditelevisi lokal ke layar lebar sama
seperti saat menggarap boyband ribuan penggemar seperti Coboy Junior pada tahun
lalu. Hasilnya? Dengan mudah Comic 8 mencapai 1 juta penonton. Raihan penonton
yang sangat sulit dicapai pada tahun lalu dan baru bisa dicapai pada bulan Desember
kini baru bulan Februari 1 juta penonton bisa dicapai. Tentu ini adalah
prestasi membanggakan untuk Anngy Umbara dan kedelapan comic yang “diasuhnya”.
Nikmati filmnya dan jangan beranjak dari tempat duduk anda hingga Credit Title
bergulir. Karena performance para comic saat credit title bergulir adalah
lelucon mereka terbaik sepanjang film (setidaknya untuk saya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar