Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel akhirnya “Rujuk” kembali! The Mo Brother,Duet maut yang bertanggung
jawab akan “lahirnya” film slasher yang membuat penontonnya “bersenang-senang”
akan “pesta” literan darah serta serentetan adegan brutal nan mengerikan dalam
“Rumah Dara” pada 2010 kembali meramaikan perfilman lokal setelah “absen” cukup
lama sekitar 4 tahun. Kini The Mo Brothers kembali dengan salah satu film yang
ditunggu-tunggu oleh penggemar film “sinting” Indonesia berjudul “Killers”.
Selama 4 tahun waktu “Pisah Ranjang” The Mo Brothers bukan
tanpa bekas. Timo Tjahjanto pada tahun 2012 tergabung dengan 25 sutradara
sinting di dunia dalam film “The ABCs Of Death” dalam segmen “sakit jiwa” L is
Libido serta berduet dengan Gareth Evans (The Raid) dalam V/H/S 2 dalam segmen
sakit jiwa yang mampu membuat jantung saya berdegup kencang serta pikiran saya
terombang-ambing (ini tidak
berlebihan,coba saja sendiri) berjudul “Safe Haven”. Jam terbang serta rentetan
filmografi Timo Tjahjanto dan Kimo Stanboel membuat wajar saja kalau “Killers
begitu dinantikan dan membuat penggemarnya memiliki ekspetasi berlebih akan film
ini.
“Killers” mengangkat sisi lain dari manusia. Manusia
mempunyai sisi gelap dalam dirinya yang bila “diusik” sisi gelap tersebut dapat
menunjukan wujudnya serta bukan tidak mungkin mampu menguasai manusia hingga
manusia seperti berubah menjadi “monster” yang ganas. Sepanjang film penonton
akan ditunjukkan akan sisi gelap dari manusia dan diajak sang pembuat film untuk
“berkreasi” menelusuri labirin dan menemukan apa yang sebenernya dipikirkan
oleh pembunuh bengis yang kerap mengupload video-video peyiksaan korbannya yang
berkedok sebagai eksekutif muda bernama
Nomura Shuhei (Kazuki Kitamura) serta “Jalinan Kasih” abnormal jarak jauh dengan seorang jurnalis dengan kehidupan yang
terpuruk karena tekanan karier dan permasalahan keluarga bernama Bayu Aditya
(Oka Antara). Kisah Long Distance Relationship mereka yang terhubung dengan
saling upload video pembunuhan serta video chat menyeret mereka ke sisi gelap
yang makin dalam dan telihat semakin “asyik” dalam memburu korban-korbannya.
“Killers” merupakan pembuktian kedewasaan dan semakin
matangnya The Mo Brothers dalam bekarya. Mereka tidak berjalan di zona aman
pada genre slasher namun pada “Killers”yang di gariskan dari awal bergenre
Thriller Psikologis yang akan bermain-main dengan psikologis dan menyerang pikiran dan mental penonton
dengan apa yang disajikan dalam “Killers”. Sejak menit-menit awal, penonton
akan dibuat tidak nyaman (bagi yang tidak tebiasa) dengan gaya khas The Mo
Brothers melalui serentetan adegan keras dan brutal bercipratan darah segar
yang keluar dari tikaman benda-benda keras dari sang psikopat berdarah dingin
seperti Nomura. Membuat yang tidak kuat mental akan terus-terusan terusik serta
tidak nyaman selama 138 menit film berlangsung namun bagi pecinta adegan-adegan
kekerasan tak bermoral mungkin akan berbahagia sepanjang film melihat satu per
satu korban berjatuhan dibumbui adegan keras mengantar kematiannya.
“Killers” tak melulu mengenai adegan kekerasan nan
mengilukan serta bermandikan darah. Ada cerita yang dikemas menarik mengikuti
sisi gelap kedua tokoh utama. Timo Tjahjanto dan Takuji Ushiyama selaku script
writer tahu betul bagaimana melakukan eksplorasi dalam membangun karakter
Nomura dan Bayu sebagai Karakter Sentral. Karakter Nomura dan Bayu dibangun
dengan kisah yang tidak menjemukan walau beralur cukup pelan dan mampu membawa
penonton turut merasakan masuk ke sisi gelap dari karakter Nomura dan Bayu. Hal
itu juga tak terlepas penampilan kedua main cast dari “Killers” Kazuki Kitamura
dan Oka Antara. Kazuki Kitamura mampu menampilkan sosok psikopat karismatik
berdarah dingin yang tak perlu harus banyak omong, dengan gesture tubuh dan
raut wajah yang meyakinkan, Kazuki Kitamura mampu memberikan aura psikopat
bengis yang karismatik. Oka Antara juga tak mau kalah, penampilannya cukup
total dalam film ini. Beberapa ekspresinya tepat serta menghayati karakternya
sebagai seorang jurnalis yang depresi. Oka Antara sadar betul bahwa Killers
mampu membuat namanya akan terangkat dibelantika film Internasional sehingga
performa yang ditunjukkanpun tidak tanggung-tanggung.
Namun tidak dipungkiri, penggabungan kisah psikopat berbeda
tempat ini terasa kurang di blend dengan baik. Film akan terbagi menjadi dua
fokus karakter yang berlatar belakang baik setting, kejadian atau pengalaman
yang berbeda membuat Killers terasa tanggung dalam membangun tensi serta yang
berakibat beberapa kejadian dalam film ini berkahir begitu saja serta tentu
saja memngakibatkan tedapat beberapa plot holes dalam film ini. Namun, terlepas
dari itu Killers disajikan dengan sajian hidangan yang cukup menggugah selera.
Dibalut dengan tata sinematografi yang indah dan serta scoring yang patut diacungi jempol.
Adengan pembunuhan diiringi dengan scoring lembut namun terkesan kelam yang
semakin membawa penonton semakin masuk dalam sisi gelap sang psikopat. Adengan
membunuh dikemas dengan balutan yang artistik seperti The Mo Brothers ingin
“mengajak” kita berpendapat bahwa pembunuhan itu indah loh.
Secara keseluruhan, The Mo Brothers mampu menyajikan sebuah
tontonan langka bagi perfilman Indonesia dengan menyuguhkan sebuah film
Thriller Psikologis yang cukup brilliant serta membuktikan bahwa karya-karya
mereka memang patut dinanti serta selalu menyuguhkan hal yang memuaskan. Walau
tak bisa ditampik bahwa akan ada saja
yang membandingkan Killers dengan Rumah Dara, namun sebenernya hal itu
bukan yang pantas untuk dijadikan perbandingan karena berbeda genre antara
slasher dengan thriller psikologis. Killers merupakan pembuktian bahwa The MO
Brothers mampu menyajikan diluar zona aman mereka dan bukti nyata semakin
berkembangnya kemampuan mereka. Killers mampu menjadi tontonan yang berbeda dan
mampu membekas dan mengganggu pikiran penonton hingga film habis. Dan sangatlah
wajar bila film ini mencapai prestasi membanggakan hingga menjadi Official
Selection dalam festval film yang bergengsi Sundance Film Festival.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar