Terhitung dua tahun lebih seminggu setelah film pertamanya
yang mampu “menghentak” perfilman lokal serta Internasional dengan aksi martial
art yang bisa dikatakan spektakuler, The Raid kembali hadir menyambut mereka
yang sudah haus menunggu serentetan aksi pukul-pukulan penuh darah yang
“menyenangkan” melalui sekuelnya yang bertajuk “The Raid 2 : Berandal”. Sama
seperti sebelumnya, “The Raid 2 : Berandal” masih dinakodai oleh sutradara asal
Wales, Gareth Evans (Merantau, The Raid). Film yang sempat tayang di Sundance
Film Festival bersama “Killers” karya The Mo Brothers ini memang mengundang
hype yang tinggi dari penggemarnya dan tentu saja mengundang ekspetasi yang
tinggi terhadap seri kedua dari petualangan Rama di dunia kelam ini. Bukan
tanpa alasan, The Raid memang menaruh standar bahwa film action harus mampu
membuat penontonnya setidaknya sulit bernafas normal dengan serentetan aksi
yang disuguhkan. Mungkin masih terus dikenang dipikiran penonton The Raid akan
serentetan aksi gila nan brutal yang seperti non-stop disuguhkan dan
pertarungan final antara Rama-Andi-Mad Dog yang gila-gilaan itu. Wajar kalo
“The Raid 2 : Berandal” diharapkan mampu melebihi film pertamanya dan memuaskan
gairah yang menantikannya.
“The Raid 2 : Berandal” memang didesain dalam skala yang
lebih besar dimana memang selayaknya sebuah sekuel harusnya dibuat. Apabila
dalam The Raid, Rama (Iko Uwais) harus terperangkap bersama tim elite dalam
penyerbuannya ke “Istana” Milik Tama (Ray Sahepaty) dan harus berusaha keluar
dari neraka berbentuk apartemen, dalam “The Raid 2 : Berandal” menceritakan
kisah rama yang hanya berselang dua jam dari kejadian di The Raid pertama yang
masih belum diperbolehkan untuk beristirahat dan memulai pekerjaan baru yang
ditawarkan oleh Bunawar (Cok Simbara) seorang pemimpin satuan polisi anti
korupsi untuk mengungkap Identitas para polisi korup. Persamaan dari film
sebelumnya, Rama sama-sama terjebak. Apabila dalam film pertama Rama terjebak
dalam sebuah apartemen, dalam film kedua Rama “Terpaksa” terjebak dalam
lingkaran mafia dan polisi korup. Dalam Misinya, Rama harus ikhlas di jebloskan
ke penjara agar bisa dekat dengan Uco (Arifin Putra) sosok ambisius namun
dibayang-bayangi oleh sosok bapaknya, Bangun (Tio Pakusadewo) yang merupakan salah
satu bos mafia terpandang di kota yang terbagi bersama Keluarga Goto dari
Jepang. Rama yang mengganti identitasnya menjadi Yudha pun harus menelusuri
dunia mafia yang keras, kotor, penuh pengkhianatan,dan menghadirkan banyak
korban. Rama harus keluar hidup-hidup dan mampu menyelesaikan misinya untuk
mengungkap identitas polisi korup hingga ke akarnya.
Bila dilihat dai plotnya, tentu saja “The Raid 2 : Berandal”
menghadirkan cerita yang jauh lebih besar dengan skala yang juga lebih besar.
Tak hanya merusak satu apartemen kumuh, “The Raid 2 : Berandal” bersenang-senang
dengan memporak-porandakan seisi kota dari dari restoran, bar, hingga jalanan
umum. Kisahnya yang semakin luas dan penuh intrik seakan menjawab beberapa
kritik pada film pertamanya yang hanya menonjolkan aksi pukul-pukulan nonstop
dengan cerita yang begitu minim. Seri Keduanya memiliki naskah yang membawa The
Raid tidak hanya sebagai film action melainkan juga Crime-Thriller yang membuat
konflik dalam film ini lebih terasa. Namun jangan risau bila The Raid 2 akan
banyak omong dan melupakan sisi aksi gila-gilaannya. Crime-thriller dalam film
ini malah membawa setiap pertarungan dalam film ini ke level yang lebih kelam
serta terasa ambisinya.
Karakter yang disuguhkan dalam “The Raid 2 : Berandal” bisa
dikatakan cukup banyak dan variatif. Bila pada seri pertama Rama harus
mewaspadai Tama, Andi, dan Mad Dog (Yayan Ruhian), Pada seri kedua ini
setidaknya ada banyak karakter yang setidaknya terbagi dalam 3 Kubu. Kubu
Bangun ada Uco, Eka (Oka Antara), dan mesin pembunuh Bangun yang sangat loyal,
Prakoso (Yayan Ruhian). Dalam Kubu Bejo (Alex Abbad) yang merupakan pemain baru
dalam dunia mafia namun sangat ambisius dan tentu saja sangat kejam ini
memiliki tiga pembunuh yang semuanya mengerikan. Kakak Beradik Hammer Girl (Julie
Estelle) dan Batman Baseball (Very Tri Sulisman) serta The Assasin (Cecep Arif
Rahman) yang beringas dan tapil ganas dengan Karambit-nya. Dari Kubu keluarga
Goto dari Jepang memang tak terlalu terekspos,namun penampilan tiga aktor
Jepang, Kenichi Endo, Ryuhei Matsuda, dan Kazuki Kitamura (Pernah bermain di
Killers) bisa dikatakan apik dan sepertinya akan lebih fokus di seri ketiga
nanti. Serta pendukung lainnya seperti Reza (Roy Marten) polisi korup serta
konco-konconya yang diperankan Pong Hardjatmo dan Dedi Sutomo dan penampilan si
raja porno yang diperankan Epy Kusnandar dan Istri tercinta dari Prakoso,
Marsha Timothy.
Pendalaman karakter dalam The Raid 2 yang dilakukan oleh
Gareth Evans perlu diacungi jempol. Karakter Hammer Girl yang diperankan oleh Julie
Estelle tak perlu dialog pun telah mampu menebar kharisma-nya melalui
penampilan apik memainkan kedua palunya menghantam para korbannya. Begitu pula
saudaranya, Batman Baseball dengan stik baseball beserta bolanya. Wajar bila
kedua karakter ini dikenang oleh penonton karena ciri khasnya dan menurut kabar
yang beredar bahwa mereka akan dibuatkan spin-off berbentuk komik. Penampilan
apik di tampilkan oleh Arifin Putra yang memainkan peran Uco. Arifin Putra
mampu menghidupkan sosok mafia muda pewaris dinasti Bangun yang ambisius,
garang, dengan tatapan dingin nan tajam serta mempesona karena ketampanannya. Penampilan
Yayan Ruhian sebagai Prakoso-pun tetap memukau walau tentu saja lebih
melankolis dari perannya sebagau Mad Dog. Namun make-up Prakoso masih terasa
kurang yang akhirnya membuat Prakoso seperti Mad Dog yang hidup lagi dan
ditambahi rambut lebat dan janggut. Penonton pasti mengenal Prakoso seperti Mad
Dog. Entah ada hubungan apa antara Mad Dog dan Prakoso di dunia The Raid-nya
Gareth Evans. Walau kemunculan karakter baru terutama di paruh tengah film
terasa berdempetan, namun semua karakter menampilkan performa terbaiknya
sehingga tidak ada yang terasa hanya numpang lewat atau timpang tindih. Mereka
tetap mendapatkan waktu untuk mengeksplorasi karakternya masing-masing walau
tentu dalam porsi durasi yang berbeda.
Tentu saja, dalam “The Raid 2 : Berandal” ada peningkatan
adegan aksi dan cerita dibanding seri pertamanya. Gareth Evans tentu tak
menyia-nyiakan hal ini dan melakukan sekuel The Raid sebagaimana seharusnya
sekuel dibuat, lebih besar. Mempunya tempat”bermain” tak lagi hanya didalam
apartemen kumuh, “The Raid 2 : Berandal” menyajikan aksi tingkat tinggi
dimanapun. Penonton seperti tidak akan tahu kapan perkelahian akan berlangsung
Karena luasnya cakupan tempat bermain disini. Setidaknya ada tiga perkelahian
besar dalam film ini, “Mud Orgy Party” di halaman penjara yang berlumpur,
perkelahian “Threesome” yang kali ini melibatkan Rama-Batman Baseball, dan
Hammer Girl, serta pertarungan antara Rama-The Assasin didalam dapur yang
membuat penonton menahan-nahan napas karena durasi perkelahaian yang sangat
panjang dan menegangkan. Koreografi indah mengiringi setiap detil pertarungan
sehingga tidak hanya sekedar mematahkan tubuh seseorang namun ada seni beladiri
yang membuat adegan keras dalam film ini terlihat indah. Pergerakan kamera Matt
Flanerry dan Dimas Imam Subhono mampu membuat setiap momen dalam The Raid 2
begitu berharga. Pergerakan kamera yang terkadang seperti loncat sana sini dan
serta kecekatannya dalam mengambil setiap momen perkelahian dalam film ini
begitu mengagumkan. Dan tentu saja, Nilai estetis dalam diri Gareth Evans
tertuang dalam visualisasi The Raid 2 yang terlihat artistic melalui beberapa
penempatan objek-objek sebagai latar adegan. Sebut saja adegan pertarungan
Prakoso-The Assasin yang terlihat lebih dramatis dan syahdu didalam setting
tempat bersalju. Indah memang melihat darah mengalir membasahi salju.
Dengan durasi yang mencapai 148 menit (dan itupun sudah
mengalami sensor sepanjang 20 menit), “The Raid 2 : Berandal” menghadirkan aksi
tingkat tinggi yang walaupun durasinya lama namun tentu tidak akan mendekati
sedikitpun dari kebosanan. Walaupn terasa berbeda dengan yang pertama karena
dialog dalam film ini lebih banyak tapi tidak akan mengurangi kebahagian dalam
menyaksikan aksi pukul-pukulan dalam film ini. Gareth Evans berhasil memuaskan
para penanti The Raid 2 dan tentu saja akan membuat para sineas film action
dimanapun mempunyai standar baru yang lebih tinggi levelnya dalam membuat film
film action. Dan tentu saja melalui “The Raid 2 : Berandal”, Gareth Evans
membawa bau wangi perfilman Indonesia kekancah Internasional dan tentu saja
beladiri asli Indonesia Pencak Silat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar