Setelah Hayao Miyazaki, salah satu master anime ternama di
Jepang memutuskan untuk kembali pensiun dari dunia animasi, sontak “The Wind
Rises” yang merupakan film terakhirnya mendapat perhatian lebih dari pencinta
animasi bahkan pencinta film internasional. “The Wind Rises” adalah film
terbaru Hayao Miyazaki setelah terakhir menggarap “Ponyo on the Cliff By The
Sea” pada tahun 2008.
Tidak dipungkiri, “The Wind Rises” yang juga produksi dari
Studio Ghibli yang terkenal melahirkan film-film animasi berkualitas ini
mendapat sambutan yang hangat. Pertama, duet maut Studio Ghibli dan Hayao
Miyazaki selalu melahirkan karya-karya yang menawan serta belum pernah
mengecewakan. Sebagai contoh, Spirited Away yang memenangkan Best Animated Feature
pada Academy Awards 2002. Kedua, raihan jumlah penonton di Jepang yang membuat
“The Wind Rises” duduk manis di puncak Box Office Jepang serta tanggapan
positif dari beberapa kritikus dunia. Ketiga, tentu saja nominasi Best Animated
Feature Academy Awards 2014 yang merupakan prestasi tersendiri bagi film ini,
namun sayang harus kalah dengan film animasi Disney, Frozen.
“The Wind Rises” berkisah mengenai Jiro Hirokoshi, seorang
aviator atau perancang pesawat tempur ternama di Jepang. Sepanjang film penonton
akan disuguhkan biografi sang ahli aeronutika ini dalam menggapai mimpinya
menjadi perancang pesawat seperti idolanya, Caproni. Paruh awal film penonton
akan disuguhkan perjalanan Jiro Hirokoshi meraih mimpi-mimpinya dan di babak
kedua film akan dibumbui kisah romansa antara Jiro dan wanita cantik berambut
biru,Naoko Satomi.
Film yang memiliki judul lain”Kaze Tachinu” ini merupakan
adaptasi dari cerita pendek karya Tatsuo
Hori, seorang penyair, penulis, dan penerjemah dari zaman Showa yang
ditulis sekitar tahun 1936-1937. Sebelum mengangkatnya dalam animasi panjang,
Hayao Miyazaki pernah mengangkatnya ke dalam manga yang dibuat bersambung di
majalah Model Graphix pada tahun 2009.
“The Wind Rises” memang berbeda. Penonton tidak akan
menemukan monster-monster apik namun lucu, penyihir, jagoan wanita atau segala
hal yang dekat dengan film-film Hayao Miyazaki. Walau temanya yang dekat dengan
pesawat, namun jangan berharap akan ada pilot babi ala “Porco Roso” mampir
dalam film ini. Hayao Miyazaki membawa “The Wind Rises” jauh lebih dewasa dan
realis dengan membuang segala fantasi liar tak ada habisnya yang biasa dia
angkat dalam film. Memang dengan pendekatan yang realis ini meruntuhkan
beberapa ekspetasi penonton yang ingin bersenang-senang seperti biasanya menonton
karya Hayao Miyazaki, namun Hayao pasti memiliki alasan menggarap “The Wind
Rises” seperti ini. Salah satunya agar sosok Jiro Hirokoshi yang ditampilkan
dalam film ini dapat sedekat mungkin dengan aslinya. Bisa jadi film ini
nantinya menjadi film edukatif dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah di
Jepang atau bahkan di negara lain.
Kelewat serius mungkin akan membayangi beberapa benak
penonton. Ya memang jarang sekali film animasi dibuat serius karena biasanya
animasi merupakan alternative menonton yang menghibur dan memancing tawa. Namun
karena sisi realisnya, bahkan seperti tak ada tempat untuk komedi, atau
bermain-main dengan fantasi. Kalaupun ada sisi fantasinya terdapat pada
pertemuan mimpi antara Jiro dan Caproni. Adapun sisi romansa dalam film ini
antara Jiro dan Naoko terasa datar dan kurang mengeksplor emosi penonton. Namun
didalam kedataran “The Wind Rises” ada kedalam cerita dan karakter yang digali
dengan baik oleh Hayao Miyazaki. Dan jangan lupakan visualisasi “The Wind
Rises” yang detil,Cantik,dengan warna-warna yang indah dan sejuk yang membuat
semua momen dalam film ini yang dibuat oleh Hayao Miyazaki dan Tim Animator
Studio Ghibli begitu berkesan. Suatu bentuk kesetiaan yang mengagumkan dari
Hayao Miyazaki yang tetap mengusung animasi 2D melalui goresan tangannya
sendiri ditengah gempuran animasi 3D yang popular saat ini.
Dengan durasi 126 menit dan ceritanya yang bisa dibilang
datar, tak dipungkiri dapat menimbulkan penonton menguap sekali dua kali
apalagi buat mereka yang bukan penggemar Hayao Miyazaki dan seluk beluk
pesawat. Namun, “The Wind Rises” merupakan suatu pencapaian lain dari Hayao
Miyazaki dengan membuat animasi yang realis dan serius diluar kebiasaannya.
Film terakhirnya ini tetap akan mengisi hati para penggemarnya serta pencinta
film animasi dunia. Dan tentu saja perlu diberi penghargaan kepada Joe Hisaishi
, composer langganan hayao miyazaki yang membuat scoring mengagumkan dalam film
ini apalagi dibeberapa adegan ada efek suara yang dibuat dengan mulutnya
sendiri seperti suara baling-baling pesawat terbang yang hendak terbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar